Tekan ESC untuk keluar

Muda Bertalenta

Seorang kepala suku yang bijak wafat. Dan dia meninggalkan seorang pemuda, yang dianggap masih terlalu “muda dan hijau” untuk memimpin suku tersebut.

Anggota suku lalu bersaing untuk menjadi kepala suku yang baru, tapi mereka menemui jalan buntu. Mereka pun akhirnya menyerahkan ke hakim untuk memutuskan urusan kepemimpinan di antara mereka. Sang hakim lalu ingin menguji kecerdasan mereka. Dia memberi mereka secangkir kopi dan mengatakan kepada mereka:

“Kosongkan gelas kopi ini, tapi jangan sampai tumpah.”

Semua kandidat calon kepala suku bingung dan tak tahu bagaimana cara melakukannya. Sang hakim lalu meminta agar anak muda, putra dari kepala suku yang wafat untuk dipanggil. Sang hakim pun menugasi pemuda itu hal yang sama:

“Kosongkan gelas kopi ini, tapi jangan sampai tumpah.”

Pemuda itu lalu menunjukkan kecerdikannya. Ia mengambil sorbannya, membenamkannya ke dalam gelas hingga kopinya terserap seluruhnya. Pemuda itu berkata kepada hakim:

“Gelasmu sudah kosong dan kopinya ada di kepala saya.”

Sang hakim menyadari betapa cerdas pemuda itu dan berkata:

“Wahai kawan-kawan, inilah kepala suku barumu.”

Terkadang dibesarkan dalam rumah tangga dan keluarga yang cerdas dapat menggembleng seorang menjadi cerdas. Dan menjadi pemimpin itu tidak melulu tentang usia, seseorang yang berusia muda dan kapabel juga bisa menjadi pemimpin. Terkadang yang dibutuhkan adalah kesempatan untuk bersinar. Oleh sebab itu, berikanlah kesempatan mereka untuk bersinar.

@hamdan.hamedan on Instagram
striker timnas semakin nyetel, sementara wasit semakin…

Jadi teringat sebuah ayat, “Dan kami jadikan sebagian dari kamu cobaan bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Furqan: 20)

Life isn’t always fair, but the show must go on. We will pay in full by defeating them next time, fair and square, without the interference of the referee. Bismillah 💪🏻💪🏻
CERITA LAMA

Genosida di Gaza bukanlah cerita baru,
Tapi cerita puluhan tahun luka membiru,
Di balik reruntuhan ada tangis bisu,
Dicampakkan dunia, sendiri menghadapi pilu.

Langitnya gelap, buminya luluh lantak,
Ribuan nyawa lenyap, tanpa jejak,
Di mana Barat yang lantang mendukung HAM dan Ukraina?
Kalau soal Palestina, ah itu beda cerita. 

Para pemimpin Arab menyimpan mimpi,
Menjadi Salahuddin baru nan gagah berani,
Namun ketika datang waktunya beraksi,
Hilang nyali, takut pada bayang sendiri.

Syuhada yang pergi takkan kembali,
Gaza tetap berdiri, walau hampir mati,
Dalam dentuman dan reruntuhan, ada doa sang yatim sunyi,
Menanti akhir dari luka yang tak terperi.
PENJAGA INDONESIA 

Mereka menjawab panggilan saat yang lain enggan,
Melangkah tanpa ragu, songsong bahaya di depan
Mereka bertempur dalam gelap pekat 
Agar kita dapat melihat terang, menikmati hidup yang hangat.

Mereka tinggalkan nyaman, rumah, dan pasangan tercinta 
Demi sumpah setia pada bangsa 
Di setiap langkah mereka, kita temukan arti pengorbanan,
Demi negeri ini tetap aman.

Mereka tak minta pujian atau tepuk tangan meriah,
Sekalipun mereka adalah pahlawan, dalam diam yang gagah.
Demi kita, mereka korbankan segalanya,
Di laut, di darat, dan di udara.

Tanah air ini tegak karena ada mereka di barisan terdepan,
Dalam keberanian mereka, kita temukan alasan untuk bertahan—alasan untuk melanjutkan.
Selamat ulang tahun, TNI tercinta,
Kebanggaan bangsa, penjaga Indonesia. 🇮🇩
Semoga analogi sederhana ini dapat diterima. 

Bahwa mobil timnas sedang melaju kencang, biarkan ia sampai pada top speed-nya di gigi 5. 

Jangan sampai baru di gigi 3, langsung ditarik rem tangan mendadak. Sehingga terpental atau bahkan gagal sampai di finish line di posisi terhormat. 

Setelah berakhir di finish line, barulah kita apresiasi dan evaluasi bersama untuk perbaikan. 

Semoga dengan demikian, tercapai semua apa yang kita cita-citakan: Garura terbang menuju Piala Dunia. Aamiin YRA 🤲.