Seorang kepala suku yang bijak wafat. Dan dia meninggalkan seorang pemuda, yang dianggap masih terlalu “muda dan hijau” untuk memimpin suku tersebut.
Anggota suku lalu bersaing untuk menjadi kepala suku yang baru, tapi mereka menemui jalan buntu. Mereka pun akhirnya menyerahkan ke hakim untuk memutuskan urusan kepemimpinan di antara mereka. Sang hakim lalu ingin menguji kecerdasan mereka. Dia memberi mereka secangkir kopi dan mengatakan kepada mereka:
“Kosongkan gelas kopi ini, tapi jangan sampai tumpah.”
Semua kandidat calon kepala suku bingung dan tak tahu bagaimana cara melakukannya. Sang hakim lalu meminta agar anak muda, putra dari kepala suku yang wafat untuk dipanggil. Sang hakim pun menugasi pemuda itu hal yang sama:
“Kosongkan gelas kopi ini, tapi jangan sampai tumpah.”
Pemuda itu lalu menunjukkan kecerdikannya. Ia mengambil sorbannya, membenamkannya ke dalam gelas hingga kopinya terserap seluruhnya. Pemuda itu berkata kepada hakim:
“Gelasmu sudah kosong dan kopinya ada di kepala saya.”
Sang hakim menyadari betapa cerdas pemuda itu dan berkata:
“Wahai kawan-kawan, inilah kepala suku barumu.”
Terkadang dibesarkan dalam rumah tangga dan keluarga yang cerdas dapat menggembleng seorang menjadi cerdas. Dan menjadi pemimpin itu tidak melulu tentang usia, seseorang yang berusia muda dan kapabel juga bisa menjadi pemimpin. Terkadang yang dibutuhkan adalah kesempatan untuk bersinar. Oleh sebab itu, berikanlah kesempatan mereka untuk bersinar.