Tekan ESC untuk keluar

Hakikat Shalawat

Salah satu ulama yang sangat cinta dan memberi perhatian pada shalawat adalah Imam Izzuddin Abdussalam. Beliau dijuluki “Sultannya Ulama” karena kedalaman pengetahuan beliau dalam hal fikih juga hadis.

Imam Izzuddin menjelaskan makna dan hakikat shalawat:

“Shalawat kepada Rasulullah ﷺ bukanlah syafaat dari kita untuk beliau. Sebab, orang seperti kita tidak mungkin memberi syafaat kepada orang setingkat beliau.

“Namun, Allah memerintahkan kita untuk membalas kebaikan orang yang telah memberi nikmat dan berbuat baik kepada kita. Jika kita tidak mampu membalas kebaikan orang itu maka kita berdoa agar Allah membalas kebaikannya terhadap kita. Karena kita tidak bisa membalas kebaikan Sang Pemimpin orang-orang terdahulu dan terkemudian (Nabi Muhammad ﷺ).

“Tuhan semesta alam memerintahkan kita untuk memohon supaya Dia bershalawat kepada Nabi agar shalawat-Nya kepada beliau itu menjadi balasan atas kebaikan dan pengutamaan beliau kepada kita. Sebab, tidak ada kebaikan yang lebih utama daripada kebaikan Rasulullah ﷺ.”

Mari kita perbanyak shalawat kepada Rasulullah ﷺ sebagai bentuk cinta kita kepada beliau ﷺ.

Dan dengan itu, kita berharap tidak hanya kita mendapat syafaat dari beliau ﷺ, tetapi juga dapat menjadi orang yang dekat dengan beliau ﷺ di kehidupan mendatang.

Bukankah Rasulullah ﷺ pernah bersabda, “Orang yang paling dekat denganku di hari Kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku” (HR. Tirmidzi no. 484).

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩