Ketika sedang melintasi gurun pasir, seorang lelaki mendengar suara misterius, “Ambilah sebanyak mungkin kerikil dan taruhlah di sakumu, dan niscaya besok kau akan senang dan sedih.”
“Senang dan sedih?” tanya lelaki itu dalam hati. “Bagaimana mungkin seseorang bisa senang dan sedih bersamaan?”
Meski demikian, lelaki itu melakukan apa yang ia dengar. Ia mengambil tiga kerikil dan memasukkannya ke saku.
Keesokan harinya, sang lelaki merogoh sakunya dan ia dibuat terkejut seketika.
Rupanya, ketiga kerikil yang ia ambil telah berubah menjadi berlian, rubi, dan zamrud yang tentunya amat mahal.
Dan seperti kata suara misterius tersebut, si lelaki itu langsung merasa senang dan sedih.
Ia senang karena ia telah mengambil tiga kerikil, dan ia sedih karena ia tidak mengambil lebih banyak.
Begitu pula dengan ilmu duniawi. Begitu pula dengan Al-Qur’an.
Rasulullah ﷺ bersabda:
يُقَالُ يَعْنِي لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا
Kelak akan dikatakan kepada ahli Al-Qur’an, “Bacalah dan naiklah, kemudian bacalah dengan tartil sebagaimana kamu membacanya ketika di dunia, karena sesungguhnya tempatmu (di Surga) ada pada akhir ayat yang kamu baca” (HR. Tirmidzi no. 2914; hasan sahih).