Tekan ESC untuk keluar

SIAPA YANG TERMASUK DALAM DIASPORA INDONESIA?

Diaspora Indonesia, sebuah entitas yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang menjalani kehidupan di luar batas wilayah negaranya, menandakan fenomena globalisasi yang merajalela dan interkoneksi antarnegara yang semakin erat. Hal ini menghadirkan tantangan serta peluang yang tak terelakkan bagi pemerintah Indonesia dalam mengakui dan memberdayakan diaspora sebagai bagian integral dari pembangunan nasional.

Pertanyaan yang muncul adalah, siapa saja yang diakui sebagai diaspora oleh Pemerintah Indonesia? Rujukan dari Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2017 serta Kongres Diaspora Indonesia mengidentifikasi tiga kategori utama sebagai bagian dari diaspora:

  1. Warga Negara Indonesia (WNI): Secara langsung, WNI yang memilih untuk menetap di luar negeri diakui sebagai bagian dari diaspora Indonesia. Meskipun mereka tinggal di luar negeri, tetapi tetap mempertahankan status kewarganegaraan Indonesia, mereka memiliki hubungan yang kuat dengan tanah air dan budaya asal mereka.
  2. Mantan Warga Negara Indonesia (Mantan WNI): Mantan WNI, yaitu individu yang dulunya adalah WNI tetapi kemudian memilih untuk mengganti kewarganegaraan mereka, juga termasuk dalam cakupan diaspora Indonesia. Meskipun mereka telah mengubah kewarganegaraan mereka, ikatan emosional dan budaya dengan Indonesia masih melekat dalam identitas mereka.
  3. Keturunan WNI dan Mantan WNI: Pemerintah Indonesia juga mengakui keturunan dari WNI dan mantan WNI sebagai bagian dari diaspora. Ini mencakup individu yang memiliki hubungan darah atau keturunan dengan WNI atau mantan WNI, meskipun mereka lahir dan dibesarkan di luar negeri.

Pengakuan resmi dari pemerintah terhadap status diaspora memiliki implikasi signifikan dalam hal layanan, perlindungan, dan partisipasi dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial Indonesia. Ini mencakup upaya pemerintah untuk memfasilitasi interaksi dan kolaborasi antara diaspora dan lembaga-lembaga di dalam negeri, serta peningkatan kerjasama dalam berbagai bidang, termasuk investasi, pendidikan, dan budaya.

Namun demikian, tantangan yang dihadapi dalam mengakui diaspora tidak boleh diabaikan. Perbedaan dalam status hukum di negara tujuan, ketidakjelasan definisi diaspora, serta masalah birokrasi sering kali menjadi hambatan dalam mengenali dan memanfaatkan potensi penuh dari diaspora Indonesia.

Oleh karena itu, langkah-langkah untuk memperkuat pengakuan dan keterlibatan diaspora dalam pembangunan nasional harus terus diupayakan. Ini mencakup pembaharuan kebijakan, peningkatan komunikasi dan kerjasama antara pemerintah dan diaspora, serta peningkatan kesadaran akan peran penting yang dimainkan oleh diaspora dalam mendorong kemajuan dan kemakmuran Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩