Tekan ESC untuk keluar

DIASPORA INDONESIA DI ARAB SAUDI: POTRET KEHIDUPAN, TANTANGAN, DAN KONTRIBUSI

Arab Saudi merupakan salah satu negara dengan populasi diaspora Indonesia terbesar di dunia, setelah Malaysia. Keberadaan diaspora ini tidak hanya berperan penting dalam perekonomian Arab Saudi, tetapi juga dalam menjaga dan mempromosikan budaya Indonesia. Artikel ini akan membahas jumlah, profesi, komunitas, dan peran strategis diaspora Indonesia di Arab Saudi, serta tantangan yang mereka hadapi.

Jumlah dan Profesi Diaspora Indonesia

Menurut data terbaru, jumlah warga negara Indonesia di Arab Saudi berkisar antara 1 hingga 1,5 juta orang. Sebagian besar dari mereka adalah pekerja migran yang bekerja di berbagai sektor, termasuk rumah tangga, konstruksi, dan jasa. Banyak dari mereka yang tidak memiliki izin tinggal resmi karena menggunakan visa kunjungan yang kemudian dipakai untuk bekerja, atau karena kabur dari majikannya​​.

Perempuan Indonesia yang bekerja di Arab Saudi jumlahnya lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh proses pengiriman tenaga kerja perempuan yang lebih cepat dan besar dibandingkan laki-laki. Profesi mereka bervariasi, mulai dari pembantu rumah tangga, perawat, hingga berbagai profesi lainnya seperti insinyur, guru, dan mahasiswa​​.

Komunitas dan Perkumpulan Diaspora

Diaspora Indonesia di Arab Saudi membentuk berbagai komunitas dan organisasi untuk saling mendukung dan memfasilitasi kegiatan sosial serta budaya. Beberapa komunitas dan organisasi yang aktif antara lain:

  • Forum Silaturrohim Warga Negara Indonesia Riyadh (FSWNIR)
  • Paguyuban Warga Negara Indonesia (PAGARINDO) Jubail
  • Forum Komunikasi dan Silaturahmi Indonesia Al Ahsa (FIA – KSA)
  • Ikatan Perempuan Enterpreneur Muslim Indonesia (IPEMI) cabang Riyadh
  • Perhimpunan Perempuan Indonesia di Saudi Arabia (PPISA)
  • Majelis Wakil Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (MWCI NU) Riyadh
  • Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Arab Saudi (PCIM Arab Saudi)
  • **Perhimpunan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Arab Saudi cabang Riyadh, Al Qassim, dan Dammam​​.

Komunitas-komunitas ini mengadakan berbagai kegiatan, termasuk pertemuan rutin, kegiatan olahraga, seminar, dan acara budaya, untuk memperkuat tali persaudaraan dan menjaga identitas budaya Indonesia di Arab Saudi.

Peran Strategis dalam Promosi Budaya dan Pembangunan

Diaspora Indonesia di Arab Saudi tidak hanya berperan dalam perekonomian, tetapi juga aktif dalam promosi budaya dan pembangunan daerah asal mereka di Indonesia. Misalnya, komunitas keturunan Minang di Riyadh, yang dikenal dengan nama Mandeh Harmain (MaHa), aktif mempromosikan budaya Minangkabau dan berkontribusi pada pembangunan Sumatera Barat. Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah, bahkan mengunjungi komunitas ini untuk menggalang dukungan bagi pembangunan daerah asal mereka​​.

Komunitas diaspora ini sering mengadakan acara budaya seperti peragaan busana batik, lokakarya pembuatan batik, dan pertunjukan seni tradisional. Aktivitas ini membantu memperkenalkan warisan budaya Indonesia kepada masyarakat internasional dan menjaga identitas budaya mereka di luar negeri.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun memiliki peran penting, diaspora Indonesia di Arab Saudi menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait dengan perlindungan hak-hak pekerja. Banyak pekerja migran yang bekerja dalam kondisi rentan dan tidak memiliki akses yang memadai terhadap layanan konsuler. Untuk itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Riyadh aktif dalam memberikan layanan dan perlindungan bagi warga negara Indonesia di Arab Saudi​ (Kemlu Go Id)​.

Kesimpulan

Diaspora Indonesia di Arab Saudi adalah komunitas besar yang berkontribusi signifikan tidak hanya dalam ekonomi, tetapi juga dalam menjaga dan mempromosikan budaya Indonesia. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, mereka terus berusaha memperkuat komunitas dan berperan aktif dalam pembangunan baik di negara tempat tinggal maupun di tanah air. Kolaborasi antara komunitas diaspora dan pemerintah sangat penting untuk memastikan perlindungan dan pemberdayaan mereka.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩