
Petani itu pemberi.
Pemberi kehidupan.
Pembawa kesejahteraan.
Dan kalimat ini bukan datang dari orang biasa, tapi dari Nizam al-Mulk, Perdana Menteri Kekaisaran Seljuk, yang selama 30 tahun memerintah dan membawa Seljuk ke puncak kejayaannya.
Dalam kitabnya yang diberi nama Kitab Pemerintahan, Nizam tidak concern dengan menaklukkan wilayah, tapi menjaga sawah.
Sebab ia tahu: negara tidak tumbuh dari tanah yang direbut, tapi dari tanah yang dirawat.
“Jika ada laporan bahwa petani mengalami kesulitan,” tulisnya, “pemimpin harus mengirim orang — atau mengeceknya sendiri.”
Di zamannya:
* Kanal dan saluran air dibangun,
•Tak ada pungutan apa pun sampai panen berhasil,
* Dan pintu istana selalu terbuka bagi petani.
Karena seribu tahun yang lalu, Nizam al-Mulk sudah paham akan satu hal:
Fondasi negara tidak ditempa dari pedang dan belati, tapi dari cangkul para petani.
Dan di balik setiap suapan yang dinikmati setiap hari oleh segenap rakyat dan petinggi, ada jerih payah petani yang bekerja dalam sunyi — tapi selalu memberi.