Tekan ESC untuk keluar

 

Tentang Hamdan scaled

Hamdan Hamedan

Hamdan Hamedan saat ini menjabat sebagai Tenaga Ahli Menteri Pemuda dan Olahraga bidang Kepemudaan dan Diaspora. Hamdan menamatkan kuliah S-1 dan S-2, summa cum laude, dari Middlebury Institute of International Studies di bidang Hubungan Internasional.

Selama di Amerika Serikat, dia pernah menjadi fellow dan peneliti di Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) serta menjadi dosen. Di lingkungan diaspora Indonesia, dia aktif sebagai Presiden Indonesian Diaspora Network Northern California dari tahun 2013-2016.

Hamdan juga aktif di lingkungan dakwah dan dialog antar umat beragama di Amerika Serikat. Tak sedikit orang yang masuk Islam oleh dakwahnya. Dia juga penulis buku best-selling religi berjudul Zikir Pagi Petang untuk Jiwa yang Tenang, Zikir dan Doa setelah Shalat ala Rasulullah, Kumpulan Zikir Pagi Petang dan setelah Shalat, Doa Harian Pengetuk Pintu Langit, Malaikat pun Mengamini, Doa & Zikir Sepanjang Tahun, dan Berguru Pada Saru. Di tahun 2021, dia menjadi satu-satunya penulis Indonesia yang karyanya diterbitkan oleh The Muslim 500.

Sekembalinya di Tanah Air, Hamdan menjadi konsultan untuk klien seperti Google dan beberapa Gubernur serta pejabat eselon 1. Dari tahun 2017 ke 2018, dia menjabat sebagai Direktur Eksekutif organisasi diaspora Indonesia (IDN-United), di mana ia menjadi salah satu penggagas dan pengajar Diaspora Pancasila, yaitu pengajaran Pancasila bagi diaspora di luar negeri dipimpin oleh Prof. Mahfud MD dan Prof. Satya Arinanto.

Di tahun 2019, dia memimpin aplikasi KESAN, sebuah aplikasi Islami yang bertujuan untuk mendukung kebutuhan religi dan edukasi Islami segenap umat Islam. Aplikasi KESAN telah diunduh lebih dari 800 ribu pengguna di 50 negara serta memberdayakan ribuan santriprenuer dan muslimpreneur. Aplikasi KESAN juga mendapat pujian oleh KOMPAS sebagai aplikasi Islami edukatif yang mengajarkan Islam yang rahmatan lil alamin.

Pecinta sepakbola, Hamdan aktif bermain sepakbola dan mendukung klub Inter Milan sejak tahun 1996. Dia pernah menjadi Utusan Khusus untuk PSSI terkait naturalisasi pemain dari Juni 2022 – Feb 2023.

Di bidang politik, dia pernah ikut tergabung dalam tim kampanye John Kerry hingga Barack Obama di Amerika Serikat. Di Indonesia, dia dipercaya menjadi salah satu jubir TKN Prabowo-Gibran.

Hamdan dapat dihubungi melalui email: [email protected].

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩