
Samurai tidak menunggu merasa siap.
Ia berlatih karena latihan adalah hidupnya.
Masalah terbesar manusia bukan kekurangan mimpi,
tetapi terlalu sering berbicara tentang mimpi
tanpa bersedia memikul disiplin yang dituntut oleh mimpi itu.
Ambisi tanpa tindakan tidak mengangkat derajat.
Ia justru melemahkan jiwa,
karena memberi ilusi seolah kita sudah bergerak,
padahal kita tidak melangkah sedikit pun.
Di Jepang feodal, para samurai memahami satu laku sederhana.
Kaizen no Michi.
Jalan perbaikan kecil yang dijalani setiap hari.
Bukan lompatan besar.
Bukan ledakan motivasi.
Melainkan pengulangan yang setia.
Satu gerakan pedang setiap pagi.
Satu langkah, meski terasa remeh.
Diulang.
Ditegakkan.
Dipertahankan.
Yagyu Munenori, salah satu guru besar samurai, pernah berkata,
“Pedang yang menunggu kondisi sempurna
tidak akan pernah keluar dari sarungnya.”
Disiplin bukan soal merasa bersemangat.
Disiplin adalah tetap berjalan
meski semangat tidak hadir.
Kita tidak dibentuk oleh rencana besar,
tetapi oleh kebiasaan kecil
yang kita lakukan tanpa tawar-menawar,
hari demi hari.
Itulah Kaizen no Michi.
Bukan jalan orang yang cepat,
tetapi jalan orang yang sampai.







