“Pandangilah foto kedua orang tua yang jasanya teramat besar kepada kalian,” ujar pelatih yang alim itu. “Hari ini, buatlah mereka bangga dengan permainan kalian.”
Begitu eloknya dan dahsyatnya motivasi yang demikian. Ia menghujam langsung ke sanubari. Ia menjadi pembangkit semangat tak bertepi.
Jangankan lawan Vietnam, lawan Brazil sekalipun tak akan gentar.
Semuanya akan diperjuangkan, semuanya akan dipertaruhkan mati-matian. Setiap jengkal lapangan menjadi saksi kedahsyatan semangat yang demikian.
Demi apa semua itu?
Demi Indonesia tercinta.
Demi memberi senyuman bangga di bibir ayahanda tercinta.
Demi berlinangnya air mata bahagia ibunda tercinta.
Demi ridha orang tua.
Memang, “Ridhanya Allah ada pada keridhaan orang tua.” (HR. Tirmidzi no. 1899).
Dan mereka pun menang.