
Di Roma, ketika korupsi merajalela, Cato (the Younger) tetap teguh pada kejujurannya.
Suatu hari, ada seseorang yang mencoba menyuapnya.
“Terimalah emas ini, Cato,” kata orang itu.
“Saya tidak bisa menerimanya,” balas Cato.
“Tapi semua orang punya harga,” timpal orang itu.
Cato menatapnya tajam. “Justru karena itu, Roma butuh orang-orang yang tak ternilai.”
Kisah hidup Cato dan kejujurannya bisa lestari ribuan tahun lamanya bukan karena ia seorang pembesar seperti Pompeius Magnus, atau penakluk layaknya Julius Caesar.
“Keabadian” Cato justru diraihnya berkat kejujuran.
Sejarawan menjuluki Cato incorruptible—tak goyah oleh suap dan korupsi.
Pasalnya, ketika semua orang dapat dibeli, ia menjaga harga diri. Dan karena itu, ia abadi.