Tekan ESC untuk keluar

DIPLOMASI BUDAYA DAN SOFT POWER: MEMBANGUN HUBUNGAN INTERNASIONAL MELALUI KEBUDAYAAN

Diplomasi budaya adalah salah satu aspek penting dari soft power yang digunakan oleh banyak negara untuk mempromosikan budaya mereka dan membangun hubungan internasional yang positif. Melalui diplomasi budaya, negara dapat meningkatkan pengertian dan apresiasi terhadap budaya mereka di dunia internasional. Berikut ini adalah beberapa inisiatif dalam diplomasi budaya dan soft power:

  1. Promosi Budaya dan Tradisi:
    • Indonesian Day: Acara ini adalah salah satu bentuk promosi budaya Indonesia yang diadakan di berbagai negara. Indonesian Day memperkenalkan berbagai elemen budaya Indonesia, seperti tarian tradisional, musik, dan kuliner khas Indonesia. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap budaya Indonesia di kalangan masyarakat internasional.
    • Syria Cultural Week di Dresden, Jerman: Syria Cultural Week adalah acara yang memperkenalkan budaya Suriah kepada masyarakat Jerman. Acara ini mencakup pameran seni, pertunjukan musik tradisional, dan kuliner khas Suriah. Tujuan dari acara ini adalah untuk memperkuat hubungan budaya antara Suriah dan Jerman serta meningkatkan pemahaman tentang budaya Suriah.
    • Festival Diwali di Inggris: Diwali, yang dikenal sebagai Festival Cahaya, adalah salah satu festival terbesar yang dirayakan oleh komunitas India. Festival ini juga dipromosikan di Inggris, dengan berbagai acara yang menampilkan tarian, musik, dan kuliner India. Festival Diwali di Inggris tidak hanya memperkuat hubungan budaya antara India dan Inggris tetapi juga memperkaya keragaman budaya di Inggris.
  2. Gastrodiplomacy:
    • Thailand: Thailand menggunakan gastrodiplomacy sebagai alat untuk memperkenalkan budaya mereka melalui kuliner. Restoran Thailand yang tersebar di seluruh dunia memainkan peran penting dalam memperkenalkan makanan Thailand yang otentik dan lezat. Melalui kuliner, Thailand memperkenalkan nilai-nilai budaya mereka dan meningkatkan citra positif negara di dunia internasional.
    • Vietnam: Vietnam juga memanfaatkan gastrodiplomacy untuk mempromosikan budaya mereka. Restoran Vietnam yang ada di berbagai negara berperan sebagai duta budaya yang memperkenalkan makanan khas Vietnam serta tradisi dan nilai-nilai budaya Vietnam.
  3. Brand Ambassador:
    • Shin Tae-Yong, Pelatih Timnas Indonesia asal Korea: Shin Tae-Yong, yang merupakan pelatih tim nasional sepak bola Indonesia, berperan sebagai brand ambassador yang memperkuat hubungan antara Indonesia dan Korea Selatan. Kehadirannya di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas sepak bola nasional tetapi juga memperkuat citra positif Korea Selatan di Indonesia. Shin Tae-Yong menjadi simbol persahabatan antara kedua negara dan meningkatkan pertukaran budaya antara Indonesia dan Korea Selatan.

Kesimpulan

Diplomasi budaya dan soft power adalah alat yang sangat efektif untuk membangun hubungan internasional yang kuat dan harmonis. Melalui promosi budaya, tradisi, dan ikon nasional, negara-negara dapat memperkenalkan identitas mereka kepada dunia, meningkatkan pemahaman antarbudaya, dan memperkuat hubungan bilateral. Inisiatif seperti Indonesian Day, Syria Cultural Week, dan Festival Diwali adalah contoh nyata bagaimana diplomasi budaya dapat berkontribusi pada hubungan internasional yang lebih baik dan lebih harmonis. Gastrodiplomacy dari Thailand dan Vietnam juga menunjukkan bagaimana kuliner dapat menjadi alat yang kuat dalam diplomasi budaya. Selain itu, brand ambassador seperti Shin Tae-Yong memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan budaya dan citra positif di tingkat internasional.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩