Tekan ESC untuk keluar

EMPAT BINTANG MUDA GARUDA U16 TUNJUKKAN KEMAMPUAN LUAR BIASA DI BERBAGAI KOMPETISI REGIONAL

Keberhasilan tim Garuda Muda U16 dalam berbagai kompetisi regional baru-baru ini menjadi sorotan utama dunia sepak bola nasional. Empat pemain muda berbakat dari tim ini – Eizar Tanjung, Lucas Lee, Matthew Baker, dan Zahaby Gholy – masing-masing meraih prestasi gemilang yang patut dibanggakan, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional.

Eizar Tanjung, seorang gelandang kreatif yang berusia 16 tahun, baru saja menorehkan prestasi luar biasa dengan meraih gelar juara di National Youth Championship. Eizar dikenal karena kemampuannya mengatur permainan dan memberikan assist krusial untuk timnya. Dalam turnamen tersebut, ia menunjukkan visi permainan yang mengesankan dan ketenangan di lapangan, yang membuatnya menjadi pusat perhatian. Tim yang dipimpinnya tampil solid dan konsisten sepanjang turnamen, dan gelar ini menjadi pengakuan yang pantas bagi usaha dan dedikasinya. Eizar adalah salah satu pemain muda yang diharapkan akan terus berkembang dan memberikan kontribusi besar bagi sepak bola Indonesia di masa depan.

Di sisi lain, Lucas Lee, gelandang yang juga berusia 16 tahun, berhasil memimpin timnya meraih kemenangan di Gothia Cup untuk kategori U16. Gothia Cup adalah salah satu turnamen usia muda yang paling bergengsi di dunia, dan kemenangan ini merupakan pencapaian besar bagi Lucas dan timnya. Lucas dikenal dengan kecepatan dan ketajamannya dalam mencetak gol, serta kemampuannya untuk mengacak-acak pertahanan lawan. Performa gemilangnya selama turnamen membuktikan bahwa ia adalah salah satu talenta terbaik di generasinya. Gelar ini tentunya akan meningkatkan kepercayaan diri Lucas dan memperkuat posisinya di tim utama Garuda Muda U16.

Tidak kalah mengesankan, Matthew Baker baru saja meraih gelar juara di Victoria’s U15 National Championship. Matthew, yang berposisi sebagai bek, menunjukkan kematangan dan keterampilan luar biasa selama turnamen. Keberhasilannya dalam mengorganisir lini pertahanan dan melakukan intersepsi yang krusial membantu timnya meraih kemenangan. Gelar ini bukan hanya menggarisbawahi kualitas permainan Matthew tetapi juga menunjukkan bahwa ia adalah salah satu pemain muda yang patut diperhitungkan di masa depan. Prestasi ini diharapkan akan membuka peluang lebih besar bagi Matthew untuk berkarier di level yang lebih tinggi.

Sementara itu, Zahaby Gholy, yang baru saja melakukan debut mengesankan bersama tim senior Persija Jakarta, menunjukkan kematangan dan kualitasnya sebagai pemain muda. Zahaby, yang sebelumnya dikenal di level usia muda, berhasil memasuki tim senior dan tampil solid dalam pertandingan pertamanya. Debut ini merupakan pencapaian besar bagi Zahaby, yang menunjukkan bahwa ia telah siap untuk bersaing di level yang lebih tinggi. Penampilannya di tim senior Persija Jakarta adalah langkah besar dalam karir sepak bolanya dan menunjukkan bahwa bakatnya tidak hanya terbatas pada level usia muda.

Keempat pemain ini tidak hanya membawa kebanggaan bagi tim Garuda Muda U16 tetapi juga mencerminkan kualitas dan potensi sepak bola muda Indonesia. Prestasi mereka menunjukkan bahwa masa depan sepak bola tanah air berada di tangan generasi muda yang berbakat ini. Dengan dukungan yang tepat dan pelatihan yang berkelanjutan, mereka berpotensi untuk menjadi pemain-pemain kunci di tim nasional Indonesia dan menciptakan sejarah di kancah internasional.

Kemenangan dan pencapaian mereka adalah tanda bahwa upaya dan dedikasi mereka dalam latihan dan pertandingan membuahkan hasil yang memuaskan. Ini juga merupakan dorongan positif bagi seluruh komunitas sepak bola Indonesia untuk terus mendukung dan mengembangkan bakat-bakat muda yang ada.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩