Tekan ESC untuk keluar

Harnessing Global Talent: The Strategic Role of the Indonesian Diaspora in National Development

Imagine a nation with a hidden reservoir of talent dispersed across the globe, eager to contribute to its homeland’s advancement. This is the reality of Indonesia, whose diaspora, numbering at least nine million, holds immense potential for national development. The Ministry of Youth and Sports of the Republic of Indonesia (Kemenpora RI) has demonstrated how effectively managing this diaspora can yield substantial benefits, particularly in sports. However, this approach can be extended to other strategic sectors, such as STEM (science, technology, engineering, and mathematics). By leveraging strategic management principles, Indonesia can harness the talents of its diaspora to achieve the Vision of Indonesia Emas 2045.

The Indonesian diaspora, akin to a global treasure trove, represents a significant asset for national progress. Historically, diasporas have played crucial roles in their homelands’ development. From the Jewish and Armenian diasporas to the modern-day Indian and Chinese communities, the spread of ethnic groups has often translated into substantial economic and cultural contributions to their countries of origin. For Indonesia, the diaspora’s potential is no less significant.

The success of Kemenpora RI in identifying and utilizing diaspora athletes serves as a concrete example of this potential. Since the inauguration of Minister Dito Ariotedjo in April 2023, the ministry has strategically managed diaspora athletes to enhance Indonesia’s sports achievements. This approach involved a comprehensive strategic management process: environmental analysis, strategy formulation, implementation, and evaluation. The results were impressive, with over 600 diaspora athletes identified across more than ten sports branches within a year, significantly contributing to Indonesia’s performance in international competitions.

This strategic management framework can be applied more broadly. The first step is establishing a Presidential Special Task Force for Diaspora Affairs. This task force would coordinate diaspora-related policies and programs, develop a comprehensive and dynamic diaspora database, and design strategic initiatives to leverage diaspora talents. The task force would act as a bridge, facilitating knowledge and technology transfer from the diaspora to Indonesia, akin to a matchmaking service for national development.

To illustrate the strategic management process, consider the example of diaspora athletes. The first step, strategic analysis, involved an environmental scan to assess the global distribution and quality of Indonesian diaspora athletes. This analysis revealed a diverse and high-potential pool of athletes, trained in advanced sports systems and infrastructures. The next step, strategy formulation, focused on creating a comprehensive database of these athletes, with a vision to synergize the best talents from both within and outside Indonesia.

The implementation phase involved operational planning, data collection, and verification processes, with a target of identifying at least three athletes per week. This phase also emphasized resource allocation, utilizing low-cost methods like open-source research and voluntary submissions. Finally, the control and evaluation phase assessed the quality and performance of the identified athletes, tracking their integration and impact on Indonesia’s sports achievements.

Extending this framework to STEM fields could revolutionize Indonesia’s approach to national development. The Indonesian diaspora includes a significant number of professionals in science, technology, engineering, and mathematics. By applying the same strategic management principles, Indonesia can identify, engage, and integrate these professionals into national projects and initiatives.

For instance, a dynamic database of STEM professionals could be developed, focusing on those with the skills and expertise needed for Indonesia’s key development projects. Strategic initiatives could include partnerships with international research institutions, joint ventures with global tech companies, and knowledge exchange programs. These initiatives would not only enhance Indonesia’s technological capabilities but also foster innovation and entrepreneurship.

Moreover, the establishment of a Special Presidential Envoy on Diaspora could further streamline these efforts. This envoy would have the diplomatic agility to reach out to talented diaspora members and interact with stakeholders in Indonesia. By building strong networks and fostering collaboration, the envoy could ensure that diaspora talents are effectively utilized for national progress.

The case of the Indonesian Diaspora Card (KMILN) launched in 2017 by the Ministry of Foreign Affairs highlights the importance of strategic management. Despite good intentions, the KMILN failed to gain traction due to a lack of deep understanding of the diaspora’s needs and inadequate strategic formulation and implementation. This underscores the necessity of a well-coordinated and strategic approach to diaspora management.

In conclusion, the Indonesian diaspora represents a vast, underutilized resource that, if strategically managed, can significantly contribute to national development. The success of Kemenpora’s diaspora athlete program provides a model that can be replicated across other sectors, particularly STEM. By establishing a Presidential Special Task Force for Diaspora Affairs and a Special Presidential Envoy on Diaspora, Indonesia can create a cohesive and dynamic strategy to harness the talents of its global citizens. This approach will not only drive national progress but also ensure that the Indonesian diaspora remains a valuable asset in realizing the Vision of Indonesia Emas 2045.

 

*This article is a shorter version of Strategic Management of Indonesian Diaspora: Optimizing Talent for Indonesia’s Progress

@hamdan.hamedan on Instagram
MULIA DENGAN REZEKI HALAL

Dalam suatu riwayat, Rasulullah ﷺ memuji lelaki yang rela bersusah payah menggotong kayu bakar lalu menjualnya (HR. Bukhari no. 1471).

Mengapa Rasulullah ﷺ memujinya?

Karena bekerja, sesederhana apa pun, itu lebih mulia daripada mengemis pada manusia. 

Karena lelaki itu mencari nafkah yang halal dengan tangannya untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.

Dan tidak ada nafkah yang lebih baik ketimbang yang diupayakan oleh jerih payah tangan sendiri (HR. Bukhari no. 2072).

Siapapun kamu, penjual kayu bakar atau pedagang es teh, kamu mulia di mata Allah—walau mata manusia sering kali terlalu silau untuk melihatnya.
PERÓN DAN PEKERJA ARGENTINA

Kalau ada satu hal yang begitu dekat di hati menteri pekerja dan kemudian presiden Argentina Juan Perón adalah kesejahteraan para pekerja.

Bagi Perón, harga diri seseorang (dan bangsa) ada pada pekerjaannya. 

Dengan bekerja, seseorang mampu memajukan bangsanya, menafkahi keluarga tercintanya, sehingga ia “gagah” dan “bermartabat” sebagai manusia.

Karenanya, ketika terpilih pada 1946, Perón menjadikan kesejahteraan pekerja sebagai prioritas. Di tengah tantangan ekonomi dan keterbatasan fiskal, ia “berani”  meningkatkan upah pekerja.

Salah satu kebijakannya yang monumental adalah aguinaldo, bonus tahunan setara satu bulan gaji, yang membawa kelegaan finansial bagi jutaan pekerja Argentina.

Namun, ambisi Perón meningkatkan upah hingga 35% dalam waktu singkat membawa konsekuensi berat. Defisit fiskal mendorong pemerintah mencetak uang, memicu inflasi, dan akhirnya melemahkan daya beli masyarakat.

Kisah Perón adalah pelajaran abadi: perjuangan untuk kesejahteraan membutuhkan semangat, tapi juga kehati-hatian. Dan perjuangan itu memang butuh kesabaran untuk berprogres secara bertahap.

Meski tidak sempurna, ingatlah bahwa setiap langkah kecil menuju keadilan sosial (justicialismo) adalah kemenangan yang layak diapresiasi.

Sejarah mengingatkan kita, kebijakan yang gradual dan terukur sering kali lebih berkelanjutan untuk masa depan bangsa. 

Sehingga saya percaya keputusan Presiden @prabowo untuk meningkatkan upah minimum nasional (UMN) satu digit (6,5%) ketimbang permintaan dua digit (10%) sudah tepat. Langkah ini tak hanya bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan pekerja, tapi juga kecermatan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Sejahtera pekerjanya, maju negaranya. Semoga.
Presiden Prabowo: Kunjungan ke Luar Negeri untuk Kemajuan Negeri

Presiden Prabowo Subianto baru saja menyelesaikan lawatan internasional pertamanya.

Melintasi lebih dari 45 ribu kilometer dalam 16 hari, beliau berdiplomasi dengan para pemimpin dunia di Tiongkok, Amerika Serikat, Peru, Brasil, Inggris, dan Uni Emirat Arab.

Kunjungan ini bukan sekadar perjalanan diplomatik, tetapi sebuah upaya untuk kemajuan negeri. Beliau pun pulang membawa “oleh-oleh” untuk bangsanya 🇮🇩:

✅ Komitmen Investasi $18,57 Miliar (~ Rp 294 T)* : Meliputi energi terbarukan, teknologi, dan industrialisasi yang akan mempercepat transformasi ekonomi bangsa, termasuk proyek penangkapan dan pemanfaatan karbon untuk mendukung transisi energi hijau.

✅ Perdagangan: Melalui CEPA dengan Uni Emirat Arab, perdagangan nonmigas diharapkan terus tumbuh dan mencapai $10 miliar.

✅ Diplomasi Strategis: Bertemu para pemimpin dunia seperti Joe Biden, Xi Jinping, Emmanuel Macron, Justin Trudeau, dan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres. 

Dalam pertemuannya dengan Guterres, Presiden Prabowo menegaskan dukungan Indonesia terhadap perdamaian dunia dan komitmen terhadap perjuangan P*lest*na. 

Bahkan beliau menyatakan, Indonesia siap mengirim pasukan perdamaian, jika dibutuhkan.

Presiden Prabowo menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar, siap tampil di GARDA TERDEPAN pergaulan dan perdamaian dunia. 

Welcome home, Mr. President @prabowo . 🌍🇮🇩

*Angka ini hampir dua kali lipat anggaran pertahanan Indonesia (Rp 165 T)
KAPTEN DAN PELATIH SATU NAFAS = SUKSES 

Jose Mourinho bercerita bahwa dia pernah mempunyai kapten hebat di FC Porto. Jorge Costa namanya. 

Saat kondisi kurang ideal, Costa pernah minta izin kepada Mourinho untuk “berbicara” lebih dulu kepada para pemain di ruang ganti sebelum sang pelatih masuk. 

Mourinho pun setuju. 

Hasilnya luar biasa: para pemain langsung terbakar semangat, dan Porto pun keluar sebagai pemenang. 

Bahkan mereka akhirnya sampai mencetak sejarah juara Piala Champions. 

Itulah harmoni antara kapten dan pelatih yang hebat—dua jiwa yang seirama, bekerja sama demi kejayaan tim. 

Kombinasi seperti ini adalah kunci sukses dalam sepakbola, dan lazim ditemukan di tim-tim yang serius mau sukses. 

Yuk, kita bersama-sama mengedukasi tentang pentingnya sinergi antara kapten dan pelatih—bukan mencari hal-hal yang tak substansial, apalagi hanya demi sensasi dan klik semata. 

Trust me, you can do better next time 😊.

P.S. Oh ya, Jorge Costa itu posisinya bek. Jadi mengingatkanku kepada siapa ya? 😎
SELAMAT

Selamat kepada Coach @shintaeyong7777 dan segenap tim atas kemenangan gemilang 2-0 melawan Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Babak Ketiga. 

Rekor-rekor baru pun tercipta:

1️⃣ Kemenangan pertama di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 
2️⃣ Kemenangan pertama atas Arab Saudi sepanjang sejarah
3️⃣ Indonesia sebagai tim ASEAN tersukses di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia dengan raihan 6 poin – melewati Vietnam (4 poin) dan Thailand (2 poin).

Dengan hasil ini, Indonesia berada di peringkat 3 Grup C, membuktikan bahwa harapan itu masih ada dan menyala 🔥

Terima kasih, Garuda, telah membuat kami bahagia dan bangga 🦅🇮🇩

Nah, yang bangga dengan progress dan proses timnas kita, mana nih suaranya? 😊
This error message is only visible to WordPress admins
Error: Access Token is not valid or has expired. Feed will not update.