Tekan ESC untuk keluar

INDONESIA UKIR SEJARAH! JUARA UMUM ASEAN UNIVERSITY GAMES 2024

Malang, Jawa Timur – Kontingen Mahasiswa Indonesia berhasil mengukir sejarah baru di 21st ASEAN University Games 2024 yang digelar di Surabaya dan Malang. Skuad muda merah putih tampil gemilang, meraih posisi juara umum dengan torehan medali emas terbanyak sepanjang sejarah ASEAN University Games.

Berdasarkan data perolehan medali hingga tanggal 6 Juli 2024, Indonesia berhasil menduduki puncak klasemen dengan perolehan medali yang sangat impresif, yaitu 126 emas, 99 perak, dan 71 perunggu, total mencapai 296 medali. Prestasi ini tidak hanya mencatatkan sejarah baru bagi Indonesia, tetapi juga menunjukkan dominasi Indonesia dalam ajang olahraga universitas se-ASEAN ini.

Pada hari Jumat, 5 Juli 2024, Kontingen Indonesia menambah 13 medali emas, 14 perak, dan 11 perunggu. Keesokan harinya, pada Sabtu, 6 Juli 2024, mereka kembali menunjukkan performa luar biasa dengan tambahan 13 medali emas, 6 perak, dan 7 perunggu. Kombinasi performa konsisten dan semangat juang tinggi inilah yang membawa Merah Putih ke puncak klasemen akhir.

Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan penuh masyarakat Indonesia yang selalu memberikan semangat dan doa kepada para atlet. Terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia atas dukungan yang tiada henti, serta apresiasi setinggi-tingginya kepada Kontingen Mahasiswa Indonesia yang telah berjuang keras dan membawa pulang kemenangan gemilang ini.

Hamdan Hamedan, mantan Utusan Khusus Kemenpora Bagian Diaspora, turut memberikan ucapan selamatnya.

“Selamat yang sebesar-besarnya kepada Kontingen Mahasiswa Indonesia atas prestasi yang luar biasa di 21st ASEAN University Games 2024. Keberhasilan ini bukan hanya kebanggaan bagi dunia olahraga, tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia. Terima kasih atas perjuangan keras dan dedikasi kalian. Kalian telah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Teruslah berprestasi dan menginspirasi generasi muda kita!” ungkapnya.

Kemenangan ini menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk terus mengukir prestasi dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Sekali lagi, selamat kepada Kontingen Mahasiswa Indonesia! Teruslah berjuang dan berkarya untuk masa depan yang lebih gemilang.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩