
Di sudut rumah tua, dalam temaram cahaya yang redup, aku melihat jaring laba-laba.
Pandanganku tertahan, dan entah mengapa, ia mengingatkanku pada sebuah sajak lama.
“Betapa kusut jaring yang kita tenun saat kita memilih untuk berbohong,” ujar penyair Skotlandia Sir Walter Scott.
Kebohongan memang sering terlihat halus.
Seringkali begitu lembut, seolah aman, seolah hanya membutuhkan satu lapisan.
Tetapi ketika ia mulai berlipat-lipat, ia menjerat pelakunya sendiri.
Satu simpul menjerat simpul lainnya.
Satu ikat mengunci ikatan lainnya.
Dan karena takut runtuh, pelakunya menambal dengan kebohongan lain.
Walhasil, kebohongan melahirkan kebohongan. Dusta beranak dusta, entah berapa jumlahnya pada akhirnya.
Dan seperti apa pun yang lahir dari kebusukan:
Ia bau, ia amis,
dan cepat atau lambat
ia akan terendus juga.
Ia pun rapuh,
serapuh jaring laba-laba
yang mudah robek
ditiup angin fakta.






