Alkisah ada pemuda tanggung menghampiri seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang bernama Ibnu Umar.
Sang pemuda dengan semangat “jihad” bertanya setengah mengejek, “Kenapa kamu tidak ikut berperang?”
Pertanyaan ini sedikit aneh karena diajukan kepada Ibnu Umar yang merupakan veteran perang Khandak bersama Rasulullah ﷺ.
Dan ketika Ibnu Umar masih bocah pun beliau sudah merengek kepada Rasulullah ﷺ untuk dibolehkan ikut berjihad di perang Badar dan perang Uhud.
Rasulullah ﷺ justru menolaknya karena usia Ibnu Umar yang masih kecil.
Tak kalah penting, Ibnu Umar itu adalah putra dari Umar bin Khattab yang terkenal pemberani.
Dan juga Ibnu Umar adalah perawi hadis paling banyak setelah Abu Hurairah.
Dengan kata lain, secara pengalaman, nasab, dan ilmu, Ibnu Umar begitu mumpuni.
Ibnu Umar lantas menjawab:
إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ “ إِنَّ الإِسْلاَمَ بُنِيَ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَصِيَامِ رَمَضَانَ وَحَجِّ الْبَيْتِ ”
Sungguh aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Islam itu didirikan di atas lima dasar: syahadat, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah” (HR. Muslim no. 16).
Itu jawaban yang tersurat, tetapi yang tersirat kurang lebih:
“Aku tuh hidup sezaman dan belajar langsung dari Rasulullah ﷺ , mas bro! Jadi kalau urusan jihad, aku tuh tahu banget. Wong aku veteran kok. Dan inti dari Islam itu bukan melulu jihad, mas bro. Udah hafal atau diamalkan belum rukun Islam? Nah, kalau rukun Islam mas bro saja belum beres, ngapain ente ngomongin atau ngajak-ngajak jihad!”