“Judi adalah pajak bagi mereka yang tak paham statistik,” begitu kata pepatah Amerika Serikat.
Iya, judi online (judol) mengakali pemainnya untuk kalah—lebih dari 80% setiap kali main.
Hasil akhirnya selalu sama: pemain jatuh miskin, sementara bandar judi (makin) kaya raya, tertawa bahagia di atas nestapa orang lain.
Kalau judi Powerball, peluang menangnya bahkan lebih “mustahil” lagi—hanya 1 banding 300 juta.
Artinya, lebih mungkin kamu digigit hiu, disambar petir, atau dilantik jadi presiden, daripada memenangkan jackpot itu.
Jadi kalau mau kaya atau meraih “financial freedom” lewat jalur judi, lupakan saja. Dave Ramsey, pakar finansial asal Amerika, bilang: judi bukanlah solusi—baik di Amerika maupun Indonesia.
Nah, di Indonesia, judol ini semakin mengkhawatirkan. Sekitar 3,79 juta orang terjerat.
80% korban dari kalangan berpenghasilan rendah, termasuk pelajar, buruh, petani, pegawai swasta, hingga ibu rumah tangga. Sedihnya, jumlah anak di bawah 10 tahun yang terpapar judol berjumlah 80 ribu—setara 1 stadion GBK full.
Nilai transaksinya pun fantastis: mencapai Rp. 327 triliun (2023).
Yuk kita bayangkan jumbonya uang yang tersedot dari rakyat Indonesia, mengalir deras ke kantong para bandar judi.
Jika kamu pemilik Manchester United, dengan uang Rp. 327 triliun, kamu bisa membeli 427 pemain seharga Matthijs de Ligt. Ehem, tsunami trofi insyaAllah.
Jika kamu pemilik warteg, kamu bisa menumpuk kaleng kerupuk dari bumi sampai ke bulan, bolak-balik. Itu pun masih ada sisa.
Jika kamu pemilik travel umrah, kamu bisa berangkatkan seluruh warga kota Jakarta, yang berpenduduk 11,34 juta jiwa, umrah bareng.
Poin saya adalah: jangan membodohi diri bahwa kita bisa kaya lewat judi—sudah dosa, bikin miskin pula.
Ingat, judi online itu adalah maut. Dan kita adalah tumbalnya.
Lalu siapa yang kaya-raya, bahkan menjadi triliuner akibat “pesugihan finansial” itu? Ya, bandar judi lah.
Terakhir, kalau kamu punya cita-cita memberangkatkan ayah-ibumu umrah atau punya rumah, percayalah setiap taruhan yang kamu pasang, hanya akan menjauhkanmu dari cita-citamu.
So don’t let that happen. You are better than that.