
Ada kaidah:
mā lā yudraku kulluhu, lā yutraku kulluhu.
Kalau belum bisa dilakukan secara sempurna atau semuanya,
jangan tinggalkan semuanya.
Lakukan yang masih bisa — sebisanya, semampunya.
Dulu, ada seorang mu’alaf berkata pada saya:
“Saya belum sanggup shalat lima waktu. Saya belum bisa mengatur waktu.”
Lalu saya tanya, “Bisanya berapa?”
Dia jawab, “Saya hanya bisa dua kali.”
Saya bilang, “Kalau begitu, mulai dari dua. Lalu tambah jadi tiga.”
Dan ternyata bisa — pelan-pelan sampai sempurna lima.
Karena kuncinya bukan pada kesempurnaan,
tapi pada semangat untuk memulai.
Sama halnya kalau kita ingin buka toko kelontong di 38 provinsi.
Tentu tidak mudah langsung serentak.
Mulai saja dari satu, dua, atau tiga provinsi yang paling siap.
Bangun fondasi, uji sistem, kumpulkan dukungan.
Lalu berkembang.
Jangan ragu memulai dari yang kecil.
Orang yang tulus akan menghargai prosesmu.
Dan orang yang benar-benar peduli — akan mendukung langkahmu.