Tekan ESC untuk keluar

SENANG DAN SEDIH
SENANG DAN SEDIH

Ketika sedang melintasi gurun pasir, seorang lelaki mendengar suara misterius, “Ambilah sebanyak mungkin kerikil dan…

KARENA KAMU LEMAH
KARENA KAMU LEMAH

Wabah kematian melanda seantero hutan. Seluruh penghuni hutan pun berkumpul untuk mencari solusi. “Saudaraku sehutan…

walter otto PT70CT6mATQ unsplash
DOKTER-DOKTERAN

Saking bermanfaatnya ilmu kedokteran bagi umat manusia, Imam Syafi’i pernah berkata, “Ilmu itu ada dua:…

BERSERAH BUKAN MENYERAH ATAU TERSERAH
BERSERAH, BUKAN MENYERAH ATAU TERSERAH

Di sebuah desa hiduplah seorang yang sangat bertawakal kepada Tuhan. Suatu hari pemerintah negeri itu…

HUMOR SUFI WABAH DAN MULLAH
HUMOR SUFI: WABAH DAN MULLAH

Ketika pasukan Timur Lenk mulai memasuki daerah Turki, muncullah wabah yang menyebar ke banyak desa,…

HUKUM MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN
HUKUM MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN

Lagu kebangsaan merupakan salah satu simbol negara yang mengandung nilai identitas suatu bangsa, sejarah, dan…

NABI PUN IRI
NABI DAN SYUHADA PUN IRI

Rasulullah ﷺ pernah berkata bahwa para nabi dan syuhada akan iri kepada suatu golongan di…

LIPS
LIPS

Dari dulu saya tidak pernah suka dengan ad hominem, yaitu argumen yang menyerang individu ketimbang…

REZEKIMU DARI DIA
REZEKIMU DARI DIA

Di masa Rasulullah ﷺ, hiduplah dua orang pemuda kakak-beradik. Keduanya orang baik-baik. Yang satu rutin…

HUMOR SUFI CARI GARA GARA
HUMOR SUFI: CARI GARA-GARA

Di hadapan para muridnya, Nasruddin menceritakan sebuah kisah: Di suatu siang yang terik, tiga ekor…

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩