
Setiap manusia memiliki kotak batin.
Di dalamnya ada sesuatu yang ia sebut: rasa sakit, cinta, takut, bahagia.
Kotak itu tertutup. Tak satu pun dari kita yang bisa membuka kotak milik orang lain.
Namun anehnya, kita tetap saling mengerti.
Kita paham apa itu “sakit” meski tak pernah merasakan sakit yang sama.
Kita tahu apa itu “patah hati” meski dengan orang yang berbeda.
Kita paham apa itu “kehilangan” meski kehilangan kita berbeda bentuknya.
Filsuf Wittgenstein mengingatkan: makna tidak lahir dari isi batin yang tersembunyi, tapi dari cara kata itu digunakan bersama.
Ya, bahasa bukanlah jendela ke dalam jiwa, tapi jembatan antar manusia.
Karenanya, yang menyatukan kita bukan kesamaan rasa, tapi kesediaan untuk saling memahami tanpa harus saling membuka kotak.



