Tekan ESC untuk keluar

Makan Siang Gratis: Amerika Serikat

Laporan ‘True Cost of Food: School Meals Case Study’ menunjukkan manfaat program makan siang gratis di sekolah-sekolah Amerika Serikat (AS) bagi kesehatan dan ekonomi.

Dengan 30 juta siswa di AS yang mendapat manfaat, program ini menelan biaya sekitar $18,7 miliar per tahun. Tapi manfaat kesehatan dan ekonomi yang dihasilkan mencapai $40 miliar— dengan keuntungan sekitar $21 miliar.

Laporan itu juga menunjukkan bahwa optimisasi program ini, khususnya dengan fokus pada bahan makanan lokal, sehat, dan berkelanjutan, berpotensi menambah manfaat sebesar $10 miliar lagi.

Di AS, total 8 Negara Bagian telah menerapkan makan siang gratis untuk SELURUH siswa—tidak hanya untuk para siswa dari kelurga tidak mampu. Dan sekarang banyak Negara Bagian lainnya juga berupaya ke arah yang sama.

Mengapa demikian?

Karena RATUSAN riset sudah menunjukkan bahwa pemberian makan untuk siswa di sekolah itu bermanfaat untuk performa akademik, mengurangi gizi buruk, dan membantu ekonomi keluarga hingga nasional.

Di negera kaya seperti AS pun, TIDAK BERARTI semua orang tua mampu memberikan makanan yang bergizi untuk anaknya.

Biaya makan pagi dan siang bagi anak-anak di AS bisa mencapai Rp. 23 juta per tahun per anak. Ini bukan hal yang mudah bagi keluarga kurang mampu.

Negara bagian seperti Minnesota pun hadir membiayai program ini agar “siswa bisa datang ke sekolah dan fokus belajar” dan tak lagi memikirkan urusan perut, ujar Stacy Koppen, Direktur Nutrisi St. Paul Public Schools.

“Kami tahu bahwa siswa akan belajar lebih baik ketika mereka tercukupi nutrisinya,” kata Emily Honer, Direktur Program Nutrisi Departemen Pendidikan di Minnesota. “Dan kami tahu pula bahwa sering kali para siswa tidak tahu dari mana mereka akan mendapatkan makanan. Kami menghilangkan kekhawatiran mereka tersebut.”

Di Albuquerque, New Mexico, ketika makan siang gratis diberlakukan, tingkat kehadiran siswa meningkat.

Lorraine Martinez, sekretaris sekolah, mengatakan beberapa anak biasanya menderita kram perut atau pusing karena lapar.

“Sekarang mereka mendapat makanan, air, dan susu – nutrisi – yang dibutuhkan,” katanya.

Survei menunjukkan 3 faktor utama ketertarikan siswa pada program ini: (1) makanan yang enak, (2) gratis, dan (3) dapat mengetahui menu makanan terlebih dulu.

Sekitar 85% siswa tertarik jika makanan diberikan GRATIS. Survei Urban Institute juga menemukan bahwa mayoritas orang tuanya pun mendukung program ini (76%).

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩