
Imam Atha’ bin Yasar, seorang tabiin di Madinah, meyakini bahwa malam ke-15 bulan Sya’ban—yang dikenal sebagai Malam Nisfu Sya’ban—adalah malam yang penuh kemuliaan dan patut diisi dengan ibadah.
Dan beliau tidak sendiri dalam keyakinan ini.
Tabiin lainnya, seperti Luqman bin Amir dan Makhul, juga terbiasa menghidupi malam ini dengan ibadah.
Begitu pula Khalid bin Ma’dan, seorang ulama besar yang berguru pada 70 sahabat, terutama Muadz bin Jabal ra.
Bahkan Imam Syafi’i berpendapat bahwa Malam Nisfu Sya’ban adalah salah satu malam penuh berkah, di mana Allah mengabulkan doa-doa hamba-Nya.
Tak hanya itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga mengingatkan para gubernur dan rakyatnya agar tidak menyia-nyiakan malam ini tanpa ibadah.
Lantas, apa dasarnya?
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali mereka yang menyekutukan-Nya atau yang masih bermusuhan.” (Mu’jam Thabarani Awsath no. 6776 & Syu’abul Iman Baihaqi no. 3552)
Hadis ini dinilai SAHIH oleh Imam Ibnu Hibban, Imam Al-Mundziri, dan Imam Al-Albani.
Maka tak heran jika malam Nisfu Sya’ban disebut sebagai malam penuh ampunan.
Dan ampunan itu didapat dari bertauhid dan berdamai dengan sesama—habluminallah dan habluminannas.
Jadi, kalau ingin mengisi malam Nisfu Sya’ban dengan shalat malam—silakan.
Dengan membaca Al-Qur’an—lanjutkan.
Dengan zikir dan doa—gaskan!
Yang keliru adalah mengisi malam ini dengan kesyirikan dan permusuhan.
💡 Abis Maghrib nonton timnas U-20? Jangan lupa, lanjut ibadah 😊🤲