Tekan ESC untuk keluar

Pak Prabowo Subianto dan Sepakbola

“Lalu bagaimana strategi agar timnas kita dapat menembus Piala Dunia?” tanya Pak Prabowo kepada rombongan PSSI yang kala itu dipimpin oleh Pak Iwan Bule di Hambalang, Juli 2022.

Pak Prabowo terlihat begitu antusias mendengar jawaban dari Pak Iwan Bule dan Coach Indra. Bahkan beliau mencatat beberapa hal ke dalam buku catatan beliau.

“Kita ini bangsa yang besar, maka harus bisa tampil di ajang terbesar dunia (Piala Dunia). Kita harus upayakan ini semaksimal mungkin,” ujar Pak Prabowo.

“Jika PSSI butuh tempat latihan untuk timnas, fasilitas kami selalu terbuka untuk timnas kapan pun. Dan saya siap mendukung timnas untuk berlatih di akademi terbaik di mana pun di dunia,” pungkas Pak Prabowo.

Tak terasa, obrolan seputar sepakbola bergulir begitu cepatnya. Dan waktu pun menunjukkan saatnya Nusantara Open, turnamen sepakbola usia muda yang digagas oleh Pak Prabowo, dibuka pada sore itu.

Saking semangatnya dan begitu terkesan dengan para pesepakbola muda kita, Pak Prabowo pun naik ke podium lalu berkata:

“Guna menghasilkan bibit-bibit terbaik dan saya terkesan melihat semangat kalian tadi, maka juara 1 hadiahnya tidak 100 juta, tapi kita tambahkan jadi 1 miliar dan berlatih di akademi terbaik di dunia.”

Janji pun ditepati.

“Persib U-17 dan timnas U-20 sudah dikirim berlatih di Aspire Academy di Qatar tahun 2023,” ujar Pak Dusan Bogdanovic, CEO Garudayaksa Football Academy milik Pak Prabowo. “Tahun ini, PSLS Lhokseumawe dan timnas U-20 juga akan dikirim ke Aspire Academy.”

“Sudah tiga tahun saya membantu Pak Prabowo di sepakbola, dan apa yang beliau janjikan selalu beliau tepati, bahkan lebih.”

“Betul-betul luar biasa komitmen beliau untuk Indonesia makin maju ke depan, tidak suka berbicara tapi suka bekerja nyata,” pungkas Dusan.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩