
Di mata banyak cendekiawan Muslim, Plato bukan hanya filsuf besar.
Ia adalah suara akal yang menolak menurunkan Tuhan ke tingkat manusia.
Sokrates dan Plato bertanya:
Bagaimana mungkin kita mengagungkan sosok yang digambarkan tanpa moral?
Zeus yang tidak setia.
Hera yang dipenuhi cemburu dan dendam.
Dewa-dewa yang diberi sifat yang bahkan manusia pun malu meneladaninya.
Bagi mereka, jika ada yang ilahi, maka Ia harus sempurna dalam kebaikan.
Tidak berubah-ubah karena emosi.
Tidak terseret hawa nafsu.
Tidak mungkin berperilaku seperti tokoh dalam mitologi yang bobrok moralnya.
Gagasan inilahyang membuat Plato dihargai oleh banyak pemikir Islam.
Bukan karena ia sejalan dengan teologi Islam,
tetapi karena akal sehatnya menolak gambaran ilahi yang tak bermoral.
Iya, Tuhan tidak mungkin bersifat seperti manusia.
Dan akal yang bersih tidak boleh tunduk pada cerita yang merendahkan kemuliaan ketuhanan itu sendiri.





