Alkisah di negeri Cina beberapa abad yang lalu, ada seorang kriminal besar kabur dari satu kerajaan dan meminta suaka ke kerajaan lain.
Beruntung bagi si kriminal besar, raja negeri tetangga berkenan menerima permohonan suakanya entah apa alasannya.
Raja negeri asal kriminal itu pun mengirim diplomatnya untuk meminta agar buronan itu diekstradisi (dikembalikan) ke negeri asal untuk diadili.
“Yang Mulia,” ucap sang diplomat. “Si buron ini banyak membuat kejahatan di negeri kami bahkan membawa kekayaan dari negeri kami. Kami mohon Yang Mulia berkenan mengembalikan kriminal ini untuk diadili. Sebagai imbalan, kami akan menghadiahkan sekotak tael emas untuk Yang Mulia.”
Namun, raja tetangga menolak dan menyuruh diplomat itu pulang.
Satu bulan kemudian, diplomat itu datang kembali dengan tawaran yang lebih fantastis.
“Jika Yang Mulia berkenan mengembalikan kriminal ini, maka kami dengan senang hati akan menghadiahkan puluhan kotak berisi tael emas dan permata untuk Yang Mulia.”
Lagi-lagi raja tetangga menolak.
Satu bulan kemudian, diplomat itu datang kembali dengan tawaran yang lebih fantastis lagi.
“Jika Yang Mulia berkenan mengembalikan kriminal ini, maka kami dengan senang hati akan menghadiahkan satu provinsi kami untuk Yang Mulia.”
“Satu provinsi?” ucap sang raja tetangga kaget. “Aku tak mengerti mengapa rajamu rela menukar satu provinsi untuk satu buronan.”
“Begini, Yang Mulia,” sang diplomat memulai penjelasannya. “Ini masalah penegakkan hukum. Sebab memiliki 1000 provinsi sekalipun, kalau hukum tidak bisa ditegakkan, niscaya akan bubar semua provinsi itu.”
*Kisah ini diambil dari salah satu bukunya Wang Xuanming, tapi saya lupa yang mana. Maklum kurang kopi.