Tekan ESC untuk keluar

Salah Ucap

Di tengah megahnya istana Khalifah Harun Al-Rashid, dua qari terkemuka, Imam Kisaai dan Al-Yazidi, menjalankan tugas mulia.

Mereka diminta mengajarkan Al-Qur’an dan adab kepada Al-Amin, putra sang khalifah.

Saat waktu Magrib tiba, sang khalifah meminta Imam Kisaai untuk memimpin shalat Magrib berjamaah.

Di tengah kekhusyukan, terjadi hal

yang tak terduga.

Imam Kisaai, sang Qari terkemuka dengan suaranya yang merdu, tiba-tiba salah baca di surat Al-Kafirun. Sebagian kata pun terlupa.

Setalah salam, Al-Yazidi mengejek, “Kok bisa-bisanya seorang qari besar SALAH UCAP di surat yang cukup mudah?”

Imam Kisaai hanya diam dan tidak menanggapi.

Ketika waktu Isya tiba, Al-Yazidi mengambil inisiatif untuk memimpin shalat Isya berjamaah.

Ketika membaca surat Al-Fatihah, Al-Yazidi tiba-tiba salah ucap dan juga lupa beberapa kata.

Setelah salam, Imam Kisaai menasehati Al-Yazidi, “Jagalah lidahmu. Janganlah mengucapkan sepatah kata pun yang nantinya dapat mendatangkan kesusahan. Sungguh lidah sering menjadi penyebab kesusahan.”

Dari kisah ini, tersirat pelajaran berharga. Tak peduli seberapa tinggi keahlian kita, kesalahan adalah hal yang wajar. Apalagi bila sudah meminta maaf.

Yang tak wajar adalah kebiasaan mengolok-olok kesalahan orang lain.

@hamdan.hamedan on Instagram
ARAN DAN SUARANYA

Di tanah jauh, Aran memimpin negara,
Ikhtiar ubah nasib rakyat dengan kerja dan karya,
Namun suara hanya mencari cela,
Menutup mata pada prestasi yang nyata.

Ia bangun negara, mereka sebut tipu daya,
Ia bantu rakyat tak berdaya, mereka bilang hanya sandiwara,
Tangan berupaya layani rakyat tanpa jeda,
Meski suara sibuk kerdilkan fakta.

Aran, tak goyah walau dihujat,
Tahu bahwa kebaikan tak bisa dilumat,
Sejarah dipatri dari karya dan niat,
Bukan dari suara yang dipenuhi syarat.

Waktu berlalu, celaan terkubur di tanah,
Kerja Aran tak luntur oleh fitnah,
Suara sumbang pun hilang, dilupakan dalam sunyi,
Sementara Aran dikenang hingga nanti.
striker timnas semakin nyetel, sementara wasit semakin…

Jadi teringat sebuah ayat, “Dan kami jadikan sebagian dari kamu cobaan bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Furqan: 20)

Life isn’t always fair, but the show must go on. We will pay in full by defeating them next time, fair and square, without the interference of the referee. Bismillah 💪🏻💪🏻
CERITA LAMA

Genosida di Gaza bukanlah cerita baru,
Tapi cerita puluhan tahun luka membiru,
Di balik reruntuhan ada tangis bisu,
Dicampakkan dunia, sendiri menghadapi pilu.

Langitnya gelap, buminya luluh lantak,
Ribuan nyawa lenyap, tanpa jejak,
Di mana Barat yang lantang mendukung HAM dan Ukraina?
Kalau soal Palestina, ah itu beda cerita. 

Para pemimpin Arab menyimpan mimpi,
Menjadi Salahuddin baru nan gagah berani,
Namun ketika datang waktunya beraksi,
Hilang nyali, takut pada bayang sendiri.

Syuhada yang pergi takkan kembali,
Gaza tetap berdiri, walau hampir mati,
Dalam dentuman dan reruntuhan, ada doa sang yatim sunyi,
Menanti akhir dari luka yang tak terperi.
PENJAGA INDONESIA 

Mereka menjawab panggilan saat yang lain enggan,
Melangkah tanpa ragu, songsong bahaya di depan
Mereka bertempur dalam gelap pekat 
Agar kita dapat melihat terang, menikmati hidup yang hangat.

Mereka tinggalkan nyaman, rumah, dan pasangan tercinta 
Demi sumpah setia pada bangsa 
Di setiap langkah mereka, kita temukan arti pengorbanan,
Demi negeri ini tetap aman.

Mereka tak minta pujian atau tepuk tangan meriah,
Sekalipun mereka adalah pahlawan, dalam diam yang gagah.
Demi kita, mereka korbankan segalanya,
Di laut, di darat, dan di udara.

Tanah air ini tegak karena ada mereka di barisan terdepan,
Dalam keberanian mereka, kita temukan alasan untuk bertahan—alasan untuk melanjutkan.
Selamat ulang tahun, TNI tercinta,
Kebanggaan bangsa, penjaga Indonesia. 🇮🇩