Tekan ESC untuk keluar

Saptoyogo Purnomo Persembahkan Medali Perak Pertama untuk Indonesia di Paralimpiade Paris 2024

Paris – Kontingen Indonesia kembali menunjukkan taringnya di ajang internasional. Atlet para-atletik kebanggaan Indonesia, Saptoyogo Purnomo, berhasil meraih medali perak di Paralimpiade Paris 2024. Medali ini tidak hanya menjadi yang pertama bagi Indonesia di ajang tersebut, tetapi juga mempersembahkan medali perak pertama dalam karier Saptoyogo di Paralimpiade.

Saptoyogo bertanding di nomor Men’s 100m T37, sebuah kategori yang diperuntukkan bagi atlet dengan cerebral palsy. Dalam perlombaan yang berlangsung di Stade de France, Saptoyogo mencatatkan waktu 11.26 detik, hanya terpaut tipis dari peraih medali emas. Prestasi ini merupakan peningkatan dari pencapaiannya sebelumnya di Paralimpiade Tokyo 2020, di mana ia berhasil membawa pulang medali perunggu.

“Sempat down karena ada lawan-lawan yang baru dan saya tidak tahu catatan waktu terbaik mereka, tetapi saya menguatkan tekad untuk harus melakukan yang terbaik agar bisa meraih medali ini,” kata Saptoyogo usai pertandingan. Meskipun sempat merasa tertekan dengan kehadiran pesaing baru, Saptoyogo berhasil menjaga fokus dan tekadnya hingga akhir lomba.

Kemenangan ini juga memiliki makna lebih dalam bagi Saptoyogo, mengingat kondisi cuaca yang menantang.

“Saya tidak menyangka bisa pecah rekor pribadi karena situasinya hujan. Saat hujan bisa tidak maksimal karena bisa mempengaruhi otot di kaki atau tangan. Jadi saya hanya optimis untuk meraih medali,” papar Saptoyogo.

Dengan raihan medali ini, Saptoyogo telah menorehkan sejarah baru bagi dirinya dan Indonesia. Medali perak ini menjadi bukti kerja keras dan dedikasi Saptoyogo dalam mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Kemenangan ini juga memberikan inspirasi dan semangat baru bagi para atlet muda Indonesia, khususnya di bidang para-atletik, untuk terus berprestasi dan membawa nama Indonesia semakin dikenal di dunia.

Perjuangan Saptoyogo tidak hanya berhenti di sini. Ia bertekad untuk terus berlatih dan meningkatkan kemampuannya agar dapat meraih medali emas di Paralimpiade berikutnya.

“Untuk istri, terima kasih telah mendukung saya dan selalu memotivasi saya. Semoga ini bukan momen terakhir untuk mendapatkan medali. Ini harus berkelanjutan untuk mendapatkan medali,” tutur Saptoyogo.

Dukungan dari pemerintah dan masyarakat juga menjadi salah satu faktor kunci dalam kesuksesan Saptoyogo. Purwo Adi Sanyoto, pelatih Saptoyogo, mengungkapkan rasa syukurnya atas hasil yang diraih.

“Di para atletik, kita menargetkan medali perunggu, tetapi Alhamdulillah hari ini lewat Saptoyogo bisa meraih medali perak dan memecahkan rekor Asia atas nama Saptoyogo sendiri di Asian Para Games Hangzhou,” ucap Purwo Adi. Prestasi ini juga tidak terlepas dari keunggulan pribadi yang dimiliki Saptoyogo.

“Saptoyogo memiliki semangat, disiplin latihan, daya juang dan mental bertanding yang luar biasa. Kelebihan Saptoyogo ini memiliki reaksi dan start yang bagus dibandingkan dengan lawan-lawannya, sehingga lebih mudah mempertahankan kecepatan menuju finish,” ungkap Purwo Adi.

Dengan perolehan medali perak ini, Indonesia semakin mantap melangkah di Paralimpiade Paris 2024. Prestasi ini juga menambah semangat kontingen Merah Putih untuk terus mengejar medali-medali berikutnya. Saptoyogo Purnomo telah membuka jalan, dan diharapkan prestasi ini dapat diikuti oleh atlet-atlet Indonesia lainnya di ajang yang sama.

Indonesia, dengan dukungan penuh dari seluruh masyarakat, siap memberikan yang terbaik di Paralimpiade Paris 2024. Saptoyogo Purnomo telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk meraih prestasi besar. Semangat juang dan dedikasinya menjadi inspirasi bagi semua, bahwa dengan tekad yang kuat, tidak ada yang tidak mungkin.

Selamat kepada Saptoyogo Purnomo atas raihan medali perak ini. Terima kasih telah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Bangsa Indonesia bangga dengan prestasimu, dan kami akan terus mendukung setiap langkahmu ke depan. Indonesia, melalui Saptoyogo, sekali lagi membuktikan bahwa kita bisa bersaing dan berprestasi di kancah dunia. Mari terus dukung para atlet kita untuk meraih lebih banyak medali di Paralimpiade Paris 2024!

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩