Suatu hari, seekor tikus menemukan seutas tali tambatan unta lalu mulai menariknya. Karena si unta itu berjalan mengikuti, si tikus pun merasa bangga dan hebat.
“Lihat nih, aku memimpin unta,” ujar si tikus dalam hati sambil melirik ke kanan dan ke kiri berharap warga hutan lain melihat kehebatannya.
Si unta sebetulnya sadar bahwa si tikus kecil sedang menariknya dengan pongah. Namun, si unta memilih untuk diam. “Biarkan saja dulu,” gumam si unta dalam hati.
Setelah lama berjalan, sampailah mereka di depan sebuah sungai besar. Dan si tikus kecil pun langsung ngerem.
“Kok berhenti, maju dong!” kata si unta kepada si tikus. “Kan, kamu pemimpinku.”
“Aku tak bisa melewati sungai yang dalam ini,” teriak si tikus.
Si unta lalu memasukkan satu kakinya ke dalam sungai lalu mengeluarkannya.
“Cetek kok, gak sampai selututku. Pimpin aku lewati sungai ini dong,” pinta si unta ke si tikus.
“Wah, selututmu?! Aku bisa tenggelam kalau gitu,” jawab si tikus panik.
“Ya sudah, kamu naik saja ke punggungku kali ini,” kata si unta ke si tikus. “Tapi lain kali, kamu jangan sok-sokan jadi pemimpin ya kus.”
~ Banyak yang bisanya memerintah, tapi hanya sedikit yang mampu memimpin (Bukan Sabda Lord Rangga).
Sumber: Masnavi karya Jalaluddin Rumi.