
Negara ini selalu merasa dirinya spesial — dan ingin dispesialkan.
Ia berbicara lantang soal “keamanan internasional”, tapi menolak berkomitmen dalam perjanjian global terkait senjata kimia, biologi, radiologi, dan nuklir (CBRN).
Menolak diawasi. Menolak bertanggung jawab. Tapi menuntut dunia untuk patuh.
Memiliki senjata nuklir secara diam-diam, tapi melabeli negara lain sebagai “ancaman.”
Tak tahu malu, tapi mudah tersinggung.
Selalu merasa paling benar. Selalu merasa paling korban.
Ashamed of nothing. Offended by everything.
Beginilah wajah satu negara — “si paling spesial, si paling istimewa” —
yang ingin mengatur dunia, tanpa mau diatur dunia.