Tekan ESC untuk keluar

SYABAN DAN NISFU SYA’BAN

Bulan Sya’ban adalah salah satu bulan dalam kalender Islam. Dalam bulan ini, Rasulullah ﷺ biasa memperbanyak ibadah dan berpuasa.

Seorang sahabat bernama Usamah bin Zaid ra. pernah berujar kepada Rasulullah ﷺ, “Aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban.”

Rasulullah ﷺ lalu bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Sya’ban adalah bulan yang diabaikan banyak orang, di antara Rajab dan Ramadhan. Sya’ban adalah bulan di mana amal perbuatan diangkat kepada Allah Penguasa Dunia. Dan aku suka amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa (HR. Nasa’i no. 2357; Imam Al-Mundziri mengatakan hadis ini sahih atau hasan atau mendekati keduanya).

Dalam riwayat lain juga disebutkan bagaimana Rasulullah ﷺ memberi perhatian khusus kepada bulan ini.

Sayyidah Aisyah ra. meriwayatkan:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَتَحَفَّظُ مِنْ شَعْبَانَ مَا لاَ يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ عَدَّ ثَلاَثِينَ يَوْمًا ثُمَّ صَامَ

Rasulullah ﷺ memperhatikan Bulan Sya’ban tidak seperti perhatian beliau kepada selainnya, kemudian beliau berpuasa karena melihat Ramadhan, apabila terhalang untuk melihatnya maka beliau menggenapkan bilangan tiga puluh hari kemudian beliau berpuasa (HR. Abu Daud no. 1980, hadis sahih menurut Imam Ibnu Hibban).

NISFU SYA’BAN

Di dalam bulan Sya’ban terdapat satu malam yang begitu mulia. Malam itu adalah malam ke-15 bulan Sya’ban atau dalam bahasa Arab disebut sebagai Laylat Al-Nisf min Sya’ban (malam hari di pertengahan bulan Sya’ban).

Orang-orang pada umumnya menyebutnya sebagai malam Nisfu Sya’ban.

Lantas, apa kemuliaan malam ini?

Salah satunya adalah peluang besar untuk mendapatkan ampunan Allah.

Dari Muadz bin Jabal ra., Rasulullah ﷺ bersabda:

يَطْلُعُ اللهُ عَلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Allah melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan-Nya atau orang yang bermusuhan (Mujam Thabarani Awsath no. 6776 & Syuabul Iman Baihaqi no. 3552).

Hadis di atas dinilai SAHIH oleh Imam Ibnu Hibban dan dimasukkan dalam kitab Sahih beliau.

Imam Al-Mundziri mengatakan hadis di atas “SAHIH atau hasan atau mendekati keduanya.”

Imam Al-Haitsami mengatakan bahwa para perawi hadis di atas TERPERCAYA.

Imam Albani juga mengatakan hadis di atas SAHIH.

Hadis serupa juga diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari ra. yang mana Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Sungguh Allah akan muncul di malam Nisfu Sya’ban kemudian memberi ampunan kepada seluruh makhluk-Nya kecuali kepada orang yang menyekutukan-Nya atau orang yang bermusuhan (HR. Ibnu Majah no. 1380).

Selanjutnya dari jalur Abu Tsa’labah ra., Rasulullah ﷺ bersabda:

يَطَّلِعُ اللَّهُ عَلَى عِبَادِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِينَ وَيُمْهِلُ الْكَافِرِينَ وَيَدَعُ أَهْلَ الْحِقْدِ بِحِقْدِهِمْ حَتَّى يَدَعُوهُ

Allah melihat kepada hamba-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu memberikan ampunan kepada orang-orang yang beriman, Dia tidak mempedulikan orang-orang kafir, dan Dia meninggalkan orang-orang yang menyimpan dendam sebab dendam mereka berniat jahat kecuali mereka meninggalkannya (niat jahatnya) (Mujam Thabarani Kabir no. 590).

Hadis di atas lagi-lagi dinilai “SAHIH atau hasan atau mendekati keduanya” oleh Imam Al-Mundziri.

Ada pula riwayat lain yang menjelaskan keutamaan malam Nisfu Sya’ban walaupun tidak sekuat ketiga hadis di atas.

Pernah suatu malam, Rasulullah ﷺ tidak ada di rumah. Sayyidah Aisyah ra. Kemudian mencarinya dan menemukan Rasulullah ﷺ sedang berada di (pemakaman) Baqi’ dan menengadahkan kepala beliau ﷺ ke langit.

Tak lama kemudian, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ

Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam pertengahan bulan Sya’ban, lalu mengampuni manusia sejumlah rambut (bulu) kambing (HR. Ibnu Majah no. 1389, Tirmidzi no. 739, Ahmad no. 24825).

Hadis-hadis di atas, baik yang sahih maupun yang tidak sampai ke level sahih (hasan atau dhaif), menggarisbawahi kemuliaan Nisfu Sya’ban.

Beberapa ahli tafsir juga menyebutkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang mulia dan penuh berkah. Dalam surat Ad-Dukhan disebutkan:

فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ

Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (QS. Ad-Dukhan [44]: 4).

Sebagian ulama menafsirkan malam tersebut sebagai malam Lailatul Qadar. Namun, sebagian yang lain, seperti Tabiin Ikrimah menafsirkan malam yang dimaksud pada ayat di atas adalah malam Nisfu Sya’ban.

Kita tahu bahwa Tabiin Ikrimah itu adalah ulama tafsir mumpuni yang belajar langsung dari Ibnu Abbas ra. Tentunya pendapat beliau bukan pendapat sembarangan.

AMALAN NISFU SYA’BAN

Dari hadis-hadis di atas dapat disimpulkan bahwa di malam Nisfu Sya’ban Allah memberikan ampunan kepada kaum mukmin yang tidak menyekutukan-Nya serta tidak memiliki permusuhan, dendam, atau niat jahat kepada saudaranya.

Dengan kata lain, penting bagi kita menjaga hubungan baik secara vertikal dengan Allah dan juga horisontal dengan sesama umat Islam.

Singkatnya, selain beribadah di malam Nisfu Sya’ban, kita pun perlu menghindari bahkan menyudahi segala permusuhan atau kebencian yang mungkin ada sesama muslim.

Terkait ibadah, beberapa sahabat dan orang saleh rutin beribadah di malam Nisfu Sya’ban. Mereka memuliakan malam tersebut dengan memperbanyak ibadah seperti berzikir, berdoa, shalat malam, membaca Al-Qur’an, dsb.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra., misalnya, ketika malam Nisfu Sya’ban tiba, beliau keluar rumahnya dan menatap langit sembari menengadahkan tangannya.

Beliau menceritakan bahwa Nabi Dawud as. juga pernah melakukan hal yang sama.

Sayyidina Ali mengabarkan bahwa Nabi Dawud mengatakan, jika ada yang berdoa kepada Allah pada saat ini, Allah akan menjawabnya dan jika ada yang mencari pengampunan-Nya, Allah akan memaafkannya. Untuk alasan inilah Sayyidina Ali banyak menghabiskan malam itu untuk ibadah.

Dalam bukunya 100 Hujjah Aswaja, KH. Ma’ruf Khozin mengutip fatwa dari Ibnu Taimiyah yang mengatakan bahwa jika seseorang menunaikan shalat pada malam Nisfu Sya’ban, sendirian atau bersama jamaah tertentu, maka hal itu baik sebagaimana hal itu juga dikerjakan oleh banyak kelompok dari kaum salaf (orang saleh terdahulu).

Selanjutnya, tradisi beribadah di malam Nisfu Sya’ban ini juga dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Beliau juga menyeru pada rakyatnya untuk memperbanyak beribadah, berdoa, dan memohon ampunan Allah di malam Nisfu Sya’ban.

@hamdan.hamedan on Instagram
ARAN DAN SUARANYA

Di tanah jauh, Aran memimpin negara,
Ikhtiar ubah nasib rakyat dengan kerja dan karya,
Namun suara hanya mencari cela,
Menutup mata pada prestasi yang nyata.

Ia bangun negara, mereka sebut tipu daya,
Ia bantu rakyat tak berdaya, mereka bilang hanya sandiwara,
Tangan berupaya layani rakyat tanpa jeda,
Meski suara sibuk kerdilkan fakta.

Aran, tak goyah walau dihujat,
Tahu bahwa kebaikan tak bisa dilumat,
Sejarah dipatri dari karya dan niat,
Bukan dari suara yang dipenuhi syarat.

Waktu berlalu, celaan terkubur di tanah,
Kerja Aran tak luntur oleh fitnah,
Suara sumbang pun hilang, dilupakan dalam sunyi,
Sementara Aran dikenang hingga nanti.
striker timnas semakin nyetel, sementara wasit semakin…

Jadi teringat sebuah ayat, “Dan kami jadikan sebagian dari kamu cobaan bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Furqan: 20)

Life isn’t always fair, but the show must go on. We will pay in full by defeating them next time, fair and square, without the interference of the referee. Bismillah 💪🏻💪🏻
CERITA LAMA

Genosida di Gaza bukanlah cerita baru,
Tapi cerita puluhan tahun luka membiru,
Di balik reruntuhan ada tangis bisu,
Dicampakkan dunia, sendiri menghadapi pilu.

Langitnya gelap, buminya luluh lantak,
Ribuan nyawa lenyap, tanpa jejak,
Di mana Barat yang lantang mendukung HAM dan Ukraina?
Kalau soal Palestina, ah itu beda cerita. 

Para pemimpin Arab menyimpan mimpi,
Menjadi Salahuddin baru nan gagah berani,
Namun ketika datang waktunya beraksi,
Hilang nyali, takut pada bayang sendiri.

Syuhada yang pergi takkan kembali,
Gaza tetap berdiri, walau hampir mati,
Dalam dentuman dan reruntuhan, ada doa sang yatim sunyi,
Menanti akhir dari luka yang tak terperi.
PENJAGA INDONESIA 

Mereka menjawab panggilan saat yang lain enggan,
Melangkah tanpa ragu, songsong bahaya di depan
Mereka bertempur dalam gelap pekat 
Agar kita dapat melihat terang, menikmati hidup yang hangat.

Mereka tinggalkan nyaman, rumah, dan pasangan tercinta 
Demi sumpah setia pada bangsa 
Di setiap langkah mereka, kita temukan arti pengorbanan,
Demi negeri ini tetap aman.

Mereka tak minta pujian atau tepuk tangan meriah,
Sekalipun mereka adalah pahlawan, dalam diam yang gagah.
Demi kita, mereka korbankan segalanya,
Di laut, di darat, dan di udara.

Tanah air ini tegak karena ada mereka di barisan terdepan,
Dalam keberanian mereka, kita temukan alasan untuk bertahan—alasan untuk melanjutkan.
Selamat ulang tahun, TNI tercinta,
Kebanggaan bangsa, penjaga Indonesia. 🇮🇩