Tekan ESC untuk keluar

WIMAR WITOELAR: NO REGRETS

“Saya tahu pemerintahan Gus Dur akan digoyang dengan hebat dan sulit bertahan lama,” kata Pak Wimar Witoelar saat kami bertemu untuk kedua kalinya di suatu siang di San Jose, California.
Kala itu saya banyak bertanya tentang bukunya No Regrets yang menceritakan tentang pengalaman beliau membantu Presiden Gus Dur.
Pengetahuan politik yang mumpuni, artikulasi yang jernih, dan sense of humor yang renyah menjadikan Pak Wimar seorang tokoh intelektual politik kelas wahid di negeri ini. Tak aneh, apabila Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memintanya secara khusus untuk menjadi jubirnya. Ada kesamaan di antara keduanya, saya rasa.
“Saya tidak butuh yang seperti Wimar,” perintah sang Presiden. “Saya butuh Wimar,” ujar Pak Wimar menirukan perintah Gus Dur dengan semringah.
Walaupun tak sampai setahun, Pak Wimar mengatakan bahwa beliau tidak punya penyesalan apa pun (no regrets) selama membantu Presiden Gus Dur yang beliau sebut “brilian, bersih, dan mercurial.”
“Saya tidak menyesal, Mas Hamdan,” ujarnya pada saya. “Saya ikut membantu Gus Dur melawan kekuatan korup lama yang ingin berkuasa kembali, dan kekuatan baru yang sama korupnya.”
Selamat jalan Pak Wimar. You have indeed lived a life with no regrets. Al-Fatihah.
@hamdan.hamedan on Instagram
striker timnas semakin nyetel, sementara wasit semakin…

Jadi teringat sebuah ayat, “Dan kami jadikan sebagian dari kamu cobaan bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Furqan: 20)

Life isn’t always fair, but the show must go on. We will pay in full by defeating them next time, fair and square, without the interference of the referee. Bismillah 💪🏻💪🏻
CERITA LAMA

Genosida di Gaza bukanlah cerita baru,
Tapi cerita puluhan tahun luka membiru,
Di balik reruntuhan ada tangis bisu,
Dicampakkan dunia, sendiri menghadapi pilu.

Langitnya gelap, buminya luluh lantak,
Ribuan nyawa lenyap, tanpa jejak,
Di mana Barat yang lantang mendukung HAM dan Ukraina?
Kalau soal Palestina, ah itu beda cerita. 

Para pemimpin Arab menyimpan mimpi,
Menjadi Salahuddin baru nan gagah berani,
Namun ketika datang waktunya beraksi,
Hilang nyali, takut pada bayang sendiri.

Syuhada yang pergi takkan kembali,
Gaza tetap berdiri, walau hampir mati,
Dalam dentuman dan reruntuhan, ada doa sang yatim sunyi,
Menanti akhir dari luka yang tak terperi.
PENJAGA INDONESIA 

Mereka menjawab panggilan saat yang lain enggan,
Melangkah tanpa ragu, songsong bahaya di depan
Mereka bertempur dalam gelap pekat 
Agar kita dapat melihat terang, menikmati hidup yang hangat.

Mereka tinggalkan nyaman, rumah, dan pasangan tercinta 
Demi sumpah setia pada bangsa 
Di setiap langkah mereka, kita temukan arti pengorbanan,
Demi negeri ini tetap aman.

Mereka tak minta pujian atau tepuk tangan meriah,
Sekalipun mereka adalah pahlawan, dalam diam yang gagah.
Demi kita, mereka korbankan segalanya,
Di laut, di darat, dan di udara.

Tanah air ini tegak karena ada mereka di barisan terdepan,
Dalam keberanian mereka, kita temukan alasan untuk bertahan—alasan untuk melanjutkan.
Selamat ulang tahun, TNI tercinta,
Kebanggaan bangsa, penjaga Indonesia. 🇮🇩