Tekan ESC untuk keluar

Salahuddin dan Balian dari Ibelin

Masih terngiang kekalahan di Pertemupuran Hattin, ksatria Balian dari Ibelin, mengajukan permohonan yang “di luar nurul” kepada lawannya, Sultan Salahuddin.

Balian memohon izin kepada Salahuddin untuk mengambil kembali bagian jiwanya yang tertinggal: istri dan anaknya di Yerusalem.

Situasi ini terbungkus dalam aura yang absurd – dua ksatria dalam pertempuran, tapi masih terikat oleh kode kehormatan yang mendalam (chivalric code).

Terkenal akan kemurahatian dan keksatriannya, Salahudin yang saat itu bersiap merebut Yerusalem mengiyakan permintaan Balian—dengan syarat.

Syaratnya: Balian harus bersumpah tidak akan lagi mengangkat senjata melawan Salahuddin. Dan misinya hanyalah untuk membawa pulang anak-istrinya dengan selamat.

Balian setuju.

Namun, ketika sampai di Yerusalem, Balian dihadapkan pada permintaan yang tak terduga – para pemimpin kota memohon kepadanya untuk memimpin pertahanan melawan serbuan Salahuddin yang sudah di ambang pintu.

Setelah melakukan ritual batal sumpah, Balian naik panggung sebagai pemimpin pertahanan kota. Tapi ia kembali mengalami kekalahan di tangan Salahuddin.

Dengan hati yang gundah, Balian menunggu hukuman mati. Bayangan pembantaian terhadap kaumnya pun menghantui pikirannya.

Namun, lagi-lagi, Salahuddin menunjukkan keksatriannya.

“Engkau telah menunjukkan keberanianmu, Balian,” ujar Salahuddin. “Sekarang, aku akan menunjukkan belas kasihku.”

Keesokan harinya Balian dan keluarganya pamit pada Salahuddin. Dengan ramah, sang Sultan lalu memerintahkan agar mereka diberi makan, jubah, dan perhiasan. Dengan penuh kasih, Salahuddin memeluk kedua anak Balian, menempatkan satu di setiap lututnya.

Sejarah mencatat Salahuddin memasuki kota Yerusalem bukan sebagai algojo, tapi sebagai pemenang yang membawa pesan perdamaian dan pengampunan.

Sang Sultan seakan mengingatkan kita bahwa kemanusiaan bisa mekar di tengah reruntuhan perang sekalipun—sesuatu yang sayangnya jarang kita temui di era yang katanya “modern” dan “humanis” ini.

@hamdan.hamedan on Instagram
KAPTEN DAN PELATIH SATU NAFAS = SUKSES 

Jose Mourinho bercerita bahwa dia pernah mempunyai kapten hebat di FC Porto. Jorge Costa namanya. 

Saat kondisi kurang ideal, Costa pernah minta izin kepada Mourinho untuk “berbicara” lebih dulu kepada para pemain di ruang ganti sebelum sang pelatih masuk. 

Mourinho pun setuju. 

Hasilnya luar biasa: para pemain langsung terbakar semangat, dan Porto pun keluar sebagai pemenang. 

Bahkan mereka akhirnya sampai mencetak sejarah juara Piala Champions. 

Itulah harmoni antara kapten dan pelatih yang hebat—dua jiwa yang seirama, bekerja sama demi kejayaan tim. 

Kombinasi seperti ini adalah kunci sukses dalam sepakbola, dan lazim ditemukan di tim-tim yang serius mau sukses. 

Yuk, kita bersama-sama mengedukasi tentang pentingnya sinergi antara kapten dan pelatih—bukan mencari hal-hal yang tak substansial, apalagi hanya demi sensasi dan klik semata. 

Trust me, you can do better next time 😊.

P.S. Oh ya Jorge Costa itu posisinya bek. Jadi mengingatkanku kepada siapa ya? 😎
SELAMAT

Selamat kepada Coach @shintaeyong7777 dan segenap tim atas kemenangan gemilang 2-0 melawan Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Babak Ketiga. 

Rekor-rekor baru pun tercipta:

1️⃣ Kemenangan pertama di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 
2️⃣ Kemenangan pertama atas Arab Saudi sepanjang sejarah
3️⃣ Indonesia sebagai tim ASEAN tersukses di babak ketiga kualifikasi Piala Dunia dengan raihan 6 poin – melewati Vietnam (4 poin) dan Thailand (2 poin).

Dengan hasil ini, Indonesia berada di peringkat 3 Grup C, membuktikan bahwa harapan itu masih ada dan menyala 🔥

Terima kasih, Garuda, telah membuat kami bahagia dan bangga 🦅🇮🇩

Nah, yang bangga dengan progress dan proses timnas kita, mana nih suaranya? 😊
KEMENANGAN KOLEKTIF 

Garuda terbang tinggi di langit luas,
Menggapai mimpi dengan semangat yang jelas.
Setiap umpan dan setiap gol yang tercipta,
Adalah hasil kerja keras bersama.

Di lapangan hijau mereka berjuang,
Dengan hati yang berani dan jiwa yang lapang.
Kemenangan ini milik kita: Indonesia,
Sebab kala Garuda berkibar, harumlah bangsa. 🇮🇩

Terima kasih, Tim Garuda. 
Lagi dan lagi, kau buat kami menangis bahagia 🦅❤️
Timnas Indonesia sedang berpacu menuju mimpi besar — menembus Piala Dunia. 

Dengan dukungan dan semangat dari seluruh rakyat, serta perhatian besar dari Bapak Presiden @prabowo , semoga mimpi besar kita semua tercapai dan Garuda bisa berkibar di panggung dunia. 

Bersama, kita bisa! Aamiin YRA 🤲🦅🇮🇩🔥

#timnasionalindonesia #beritabola #pemaindiaspora #sty #sepakbola #sepakbolaindonesia #pialadunia #garudamuda #shintaeyong #timnasday #pialadunia #sepakbolamenyatukankita #timnasjuara #timnasgaruda #pemaintimnas #timnasional #prabowo #timnassenior #timnasindonesia #sepakbolaindonesia #bolaindonesia #hamdanhamedan #kualifikasipialadunia #pemainketurunan #pssi #sepakbola #sepakbolaindonesia #timnas #timnassenior #prabowosubianto
SUN TZU (DAN PRESIDEN)

Ahli strategi Sun Tzu pernah diminta oleh Raja Helu untuk mendidik kedisiplinan dan keteraturan di lingkungan istana. Sang ahli strategi pun menyanggupi.

Sun Tzu lalu memberi instruksi yang jelas: ketika drum dipukul, seluruh pegawai harus bergerak menuju arah yang ditentukan—kiri, kanan, maju, atau mundur.

Rupanya ada beberapa pegawai yang mengabaikan. Sun Tzu pun mengingatkan lagi dengan jelas agar mereka mengikuti arahan, tapi lagi-lagi sebagian pegawai lancang mengabaikan.

Sun Tzu lalu berkata, “Jika instruksi dari atasan tidak jelas, maka kesalahan ada pada atasan. Tapi jika instruksi dari atasan sudah jelas dan tetap tak diikuti, maka kesalahan ada pada bawahan.”

Dengan itu, Sun Tzu langsung memerintahkan pegawai yang mengabaikan instruksinya untuk dihukum.

Menariknya, ketika Sun Tzu memukul drum kembali, seluruh pegawai kini langsung mengikutinya dengan baik.

Dengan ketegasan itu, Sun Tzu mengajarkan bahwa kepatuhan terhadap perintah yang jelas dan baik (righteous) bukanlah pilihan, tetapi kewajiban.

Hari ini, Bapak Presiden @prabowo mengikuti prinsip serupa. Beliau telah menggariskan arah yang jelas dan baik: tak ada toleransi untuk penyelundupan, narkoba, korupsi, dan judi.

Ini bukan sekadar arahan; ini adalah panggilan untuk bergerak bersama guna melindungi bangsa kita dari kanker yang menggerogoti.

Arahan ini tak perlu ditafsirkan lagi, hanya perlu diimplementasi—untuk Indonesia yang maju dan lestari.