Selepas Magrib, seorang kepala desa (Kades) cek-cok dengan istrinya. Di tengah luapan emosinya, ia melempar kendi ke kepala istrinya hingga tewas.
Si Kades betul-betul menyesal, tak ada niat sebetulnya ia membunuh istrinya. Namun apa daya nasi sudah menjadi bubur.
Tak mau dipenjara, apalagi kehilangan posisinya, si Kades pun cari cara agar selamat. Ia lalu curhat pada sekretarisnya yang sama liciknya.
“Ada solusinya, Pak Kades,” ujar sekretaris desa (Sekdes) membisiki atasannya.
“Bagaimana?” tanya Pak Kades lirih.
“Cari remaja laki-laki, ajak ke rumah Bapak, lalu bunuh remaja itu di sebelah istri Bapak. Jadi seolah-olah Bapak memergoki mereka selingkuh, lalu mereka hendak membunuh Bapak karena ketahuan, tapi justru Bapak yang berhasil membela diri dan mereka yang tewas,” ujar Sekdes sambil tersenyum.
Malam itu juga, si Kades keliling kampung untuk mencari remaja laki-laki yang sedang sendirian nongkrong di jalan. Diajaknya remaja itu pulang dengan dalih dikasih makan dan rokok.
Setibanya di rumah, si remaja langsung dibunuh dan ditempatkan di sebelah jenazah istri Kades. Seisi kamar pun sengaja diobrak-abrik seolah-olah terjadi perkelahian maut.
Keesokan harinya beredar luas isu perselingkuhan ke seantero kampung. Begitu pula kabar dua sejoli yang tewas saat cinta terlarangnya tersingkap.
Sekdes pun bersiap melayat ke rumah atasannya. Ia lalu memanggil anak laki-lakinya untuk ikut bersamanya. Tapi sepertinya anak laki-lakinya belum juga pulang sejak semalam.
Sekdes pun berangkat seorang diri ke rumah Kades. Betapa kagetnya, saat si Sekdes mendapati anak laki-lakinya sendiri yang terbaring tanpa nyawa di rumah Pak Kades.
Seperti sarannya sendiri, remaja itu ditempatkan setengah telanjang persis di sebelah jenazah istri Pak Kades.
Sekdes menjerit. Ia menjadi orang yang paling histeris di rumah Kades lebih dari keluarga Pak Kades.
Orang-orang tak tahu bahwa si Sekdes menangis dilematis: membongkar pembunuhan sama saja mengakui perannya sendiri, sementara tidak membongkar, berarti anak laki-lakinya mati sia-sia oleh ide liciknya sendiri.
~ He who digs a pit for others falls in himself (dia yang menggali lubang untuk orang lain, akan terperosok di lubangnya sendiri).