Nasruddin pernah bertugas sebagai prajurit di sebuah benteng. Suatu malam, ia piket menjaga salah satu menara di benteng tersebut bersama dengan para prajurit lain.
Malam itu, cuaca begitu dingin dan kabut begitu pekat. Nasruddin mendadak ingin buang air kecil, tapi ia malas menuruni ratusan anak tangga untuk ke kamar kecil.
“Malam ini kabut begitu pekat. Kalau toh aku kencing dari atas menara, tidak ada yang bisa melihatku,” gumam Nasruddin dalam hati.
Saat sendirian, ia pun membuka resletingnya dan mulai buang air kecil dari atas menara yang tertutup kabut. Selang beberapa detik, terdengar suara teriakan dari bawah. Rupanya Jenderal Aziz sedang melakukan inspeksi mendadak dan terkena cipratan air seni Nasruddin.
“Woy! Air dari mana nih?” teriak Jenderal Aziz sambil mengelap wajahnya yang basah.
“Maaf, aku kebelet dan terpaksa buang air kecil dari atas,” sahut Nasruddin.
“Hah, ini air kencing! Kurang ajar sekali kamu. Tahukah kamu siapa saya?” amuk tanya Jenderal Aziz.
Nasruddin betul-betul tidak tahu siapa lawan bicaranya. Jangankan itu, melihat lawan bicaranya saja tidak bisa—saking pekatnya kabut malam itu. Ia pun akhirnya bertanya.
“Memangnya kamu siapa?” tanya Nasruddin.
“Saya ini Jenderal Aziz, pemimpin tertinggi militer,” teriak sang jenderal dari bawah tanpa bisa melihat Nasruddin.
Nasruddin pun pucat pasi. Jenderal Aziz memang terkenal kejam. Dia pernah melempar anak buahnya ke kandang macan karena salah pakai seragam.
Beberapa lama kemudian, Nasruddin menjadi agak tenang karena ia sadar bahwa setidaknya sang jenderal tak bisa melihatnya, apalagi mengenalinya.
“Siap, Jenderal,” balas Nasruddin. “Tapi tahukah Jenderal siapa saya?”
“Tidak tahu,” teriak Jenderal Aziz polos.
“Oh, alhamdulilah, kalau begitu,” jawab Nasruddin lega sambil kabur dari tempat kejadian.
~ Jika seseorang perlu menjelaskan nasab keluarganya untuk memukau manusia, ketahuilah dia bukan siapa-siapa.