Tekan ESC untuk keluar

PEMAIN DIASPORA INDONESIA DAN PIALA DUNIA U-17

Senang mendengar bahwa Coach @bimasakti_tukiman terbuka untuk pemain diaspora dalam menyongsong Piala Dunia U-17 yang akan digelar 10 November ini.

Dari database yang kami miliki, ada sekitar 30 pemain diaspora yang masuk dalam kategori U-17. Dan ada sekitar 10 (sekarang 12) pemain yang memiliki paspor Indonesia sehingga berpotensi membela timnas bila dibutuhkan dan bila kualitasnya sesuai dengan keinginan pelatih.

@welber07official , adalah salah satunya. Sudah beberapa kali saya menyebut nama dia kepada tim kepelatihan. Semoga saja kini dia mendapat kesempatan bersama dengan para pemain diaspora lainnya.

Tadi pagi ayahnya memberi tahu saya bahwa Welber mencetak gol saat timnya São Paulo FC U-16 bermain melawan klub kecil @leomessi , Newell’s Old Boys U-17. Welber bermain sebagai Full-Back kanan, walaupun dia juga sangat kapabel bermain di posisi gelandang (box to box midfielder).

Harus diakui, di Piala Dunia U-17 nanti, Indonesia berpotensi menghadapi tim langganan juara seperti Brazil dan Meksiko. Bisa pula Indonesia menghadapi tim kuat lainnya seperti Inggris dan Spanyol.

Spanyol, misalnya, boleh jadi akan mengirimkan wonderkidnya @lamineyamal yang gacor di Barcelona youth team. Inggris juga mungkin akan memanggil pemain termuda Liga Primer Inggris @ethan_nwaneri yang bermain di Arsenal.

Maklum, Piala Dunia U-17 juga merupakan podium untuk para wonderkid dunia menunjukkan tajinya.

Apa pun itu, sangat tidak sabar melihat timnas Indonesia beradu mekanik dengan tim-tim hebat dunia.

Dan adalah ide yang bagus untuk memanfaatkan potensi diaspora kita, setidaknya memberi mereka kesempatan mengikuti trial dan/atau TC. Dengan demikian, harapannya kita bisa memadukan the best of both worlds untuk kebaikan timnas U-17.

Semangat dan sukses selalu Coach Bima serta segenap tim U-17

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩