Tekan ESC untuk keluar

PENGARUH HAK PILIH DIASPORA INDONESIA DALAM POLITIK NASIONAL

Di era globalisasi, keberadaan diaspora Indonesia di seluruh dunia menjadi unsur penting dalam dinamika politik nasional, khususnya dalam konteks pemilu. Sebagai bagian integral dari demokrasi Indonesia, diaspora memiliki kesempatan untuk menggunakan hak pilihnya, yang tidak hanya memperkuat kedaulatan negara tetapi juga mencerminkan inklusivitas politik.

Hak Pilih sebagai Penguatan Demokrasi

Pada tahun 2024, tercatat sekitar 1,3 juta warga negara Indonesia yang berada di luar negeri memiliki hak untuk memilih. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 600 ribu akan aktif menggunakan hak pilihnya. Angka ini menunjukkan peningkatan partisipasi politik diaspora yang signifikan, mengingat diaspora dapat mempengaruhi kebijakan dan perubahan dalam pemerintahan dengan suara mereka.

Kontribusi Diaspora dalam Legislatif

Lebih lanjut, partisipasi aktif diaspora dalam pemilu menyoroti potensi pengaruh mereka dalam pembentukan kebijakan. Dengan adanya aturan bahwa setidaknya dua kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mungkin dipengaruhi oleh diaspora, peran mereka dalam politik nasional semakin krusial. Ini mencerminkan pentingnya setiap suara, terutama dalam konteks politik Indonesia yang dinamis.

Distribusi Pemilih Diaspora

Analisis distribusi pemilih diaspora menunjukkan bahwa Kuala Lumpur memiliki jumlah pemilih terbanyak dengan 447.258 pemilih, diikuti oleh Taipei dan Hong Kong dengan jumlah pemilih yang signifikan. Jumlah ini mengindikasikan keterlibatan diaspora dalam politik di berbagai kawasan dan kepedulian mereka terhadap perkembangan politik di tanah air.

Implikasi Politik

Keterlibatan diaspora dalam pemilihan umum memiliki beberapa implikasi penting:

  1. Pengaruh Kebijakan Luar Negeri: Diaspora sering membawa perspektif baru yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia, terutama terkait dengan negara tempat mereka berada.
  2. Perwakilan Politik: Dengan adanya kursi yang potensial dipengaruhi oleh diaspora, kebijakan yang lebih inklusif dan representatif terhadap kepentingan mereka mungkin dikembangkan.
  3. Partisipasi Global: Partisipasi diaspora menunjukkan gambaran Indonesia sebagai negara yang menghargai setiap warganya, termasuk mereka yang tinggal di luar negeri.

Kesimpulannya, hak pilih diaspora tidak hanya penting dalam konteks hukum dan demokrasi, tetapi juga sebagai cerminan dari identitas nasional dan kedaulatan Indonesia. Dengan semakin banyaknya diaspora yang terlibat dalam politik, Indonesia mendemonstrasikan komitmennya terhadap nilai-nilai demokrasi dan peran aktif warganya dalam menentukan masa depan bangsa.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩