Tekan ESC untuk keluar

DIASPORA DAN ADVOKASI DI LEMBAGA INTERNASIONAL: MEMPERJUANGKAN HAK ASASI MANUSIA

Di tengah globalisasi yang semakin mendalam, diaspora memainkan peran penting dalam advokasi hak asasi manusia di lembaga internasional. Dua contoh menonjol dari komunitas diaspora yang aktif mengadvokasikan hak-hak mereka adalah komunitas Rohingya dan Uighur. Mereka telah menggunakan platform global seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyuarakan keprihatinan mereka dan mendesak tindakan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang mereka alami.

Advokasi Diaspora Rohingya

Diaspora Rohingya telah mengalami penganiayaan dan kekerasan di negara asal mereka, Myanmar. Sebagai respons, mereka telah mengambil langkah-langkah untuk mengadvokasikan hak-hak mereka di forum internasional. Mereka menggunakan PBB sebagai platform untuk menarik perhatian dunia terhadap situasi kritis yang dihadapi oleh komunitas mereka. Melalui berbagai pidato, laporan, dan partisipasi dalam sidang-sidang PBB, diaspora Rohingya berusaha untuk:

  • Menghentikan kekerasan dan penganiayaan: Mengadvokasi untuk penghentian segera semua bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap Rohingya.
  • Mendapatkan bantuan internasional: Mendorong komunitas internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan yang mendesak dan perlindungan bagi para pengungsi Rohingya.

Advokasi Diaspora Uighur

Komunitas Uighur, yang menghadapi penindasan di Xinjiang, Tiongkok, juga telah aktif dalam mengadvokasikan hak-hak mereka melalui lembaga internasional. Dengan menghadapi risiko besar, mereka terus berjuang untuk:

  • Membebaskan tahanan politik: Menyerukan pembebasan segera anggota komunitas Uighur yang ditahan secara sewenang-wenang di kamp-kamp interniran.
  • Mengecam pelanggaran hak asasi manusia: Menggunakan bukti dokumentasi untuk mengecam pelanggaran hak asasi manusia, termasuk penahanan massal, pengawasan ketat, dan diskriminasi agama dan budaya.

Tantangan yang Dihadapi

Meskipun upaya mereka diakui secara internasional, diaspora Rohingya dan Uighur sering kali menghadapi tantangan berat. Salah satu tantangan utama adalah stigma sebagai “pengkhianat” oleh negara asal mereka. Label ini diberikan kepada mereka yang berbicara menentang pemerintah atau kebijakan negara mereka, membuat situasi mereka semakin kompleks dan berisiko.

Implikasi Internasional

Advokasi oleh diaspora ini tidak hanya meningkatkan kesadaran internasional tentang isu-isu hak asasi manusia yang kritis tetapi juga mempengaruhi kebijakan internasional. Keberanian mereka dalam menghadapi ketidakadilan memberikan contoh penting tentang bagaimana diaspora dapat menggunakan platform global untuk mempengaruhi perubahan:

  • Memperkuat tekanan internasional: Menggalang dukungan dari negara-negara lain untuk menekan negara asal agar memperbaiki kondisi hak asasi manusia.
  • Mendorong resolusi PBB: Berperan dalam pembentukan dan pengesahan resolusi PBB yang mendesak negara-negara untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia.

Dengan menggunakan lembaga internasional seperti PBB, diaspora Rohingya dan Uighur menunjukkan bahwa komunitas yang tersebar dapat bersatu untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan mendesak perubahan yang signifikan. Mereka menjadi suara bagi mereka yang tertindas dan menunjukkan kekuatan solidaritas internasional dalam menghadapi ketidakadilan.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩