
“Tidak ada salahnya menjadi kaya bagi orang yang bertakwa,” begitulah pesan Rasulullah ﷺ kepada umatnya (HR. Ibnu Majah no. 2141).
Ya, tak mengapa jadi orang kaya atau beraspirasi jadi orang kaya.
Bahkan banyak sahabat Rasulullah ﷺ yang kaya, dan dengan hartanya, mereka membantu agama dan sesama.
Tapi, real flex itu bukan di “kaya”-nya. Tapi cara mendapatkannya.
Takwa itu dimulai dari menjauhi dosa.
Kalau kaya hasil tipu daya, suap, korupsi — itu bukan rezeki. Itu bencana berbungkus glamor.
Kaya dari uang haram itu seperti pakai parfum mahal di tubuh yang tak pernah mandi — wangi sesaat, tapi tetap saja kotor.
Tajir melintir lewat jalan haram itu kayak beli jam Rolex dengan mencuri waktu shalat.
Dapet dunia, tapi gadaikan akhirat. Rugi total, bos.
Ingat: Dunia ini cuma halte. Akhirat itu rumah. Jangan bangun istana megah di halte yang sementara, lalu kehilangan rumah abadi di surga.
Dan mulia itu bukan karena kaya. Mulia itu karena rezekinya halal.
Stay halal, brothers and sisters.