Ketika ketulusan berpadu dengan kejernihan akal, lahirlah argumen yang runut dan bernas seperti yang disampaikan Bapak Kholid.
Memang, berbicara itu ada seninya—menyentuh tanpa melukai, menjelaskan tanpa meninggikan suara.
“Tinggikan argumenmu, bukan suaramu. Sebab hujanlah yang menumbuhkan bunga, bukan petir.”
~ Rumi