Di sebuah desa hiduplah seorang yang sangat bertawakal kepada Tuhan. Suatu hari pemerintah negeri itu mengabarkan bahwa banjir besar akan melanda desa itu. Kepala desa pun datang ke setiap rumah warganya untuk memastikan bahwa setiap warga segera mengungsi.
Semua warga desa akhirnya mengungsi, kecuali satu.
“Aku tak khawatir. Pasti Tuhan akan menyelamatkanku. Kan aku orang beriman,” kata satu orang yang menolak untuk mengungsi.
Ketika banjir sudah mencapai lutut, seorang polisi dikirim untuk mengajak orang tersebut mengungsi. Ia pun kembali menolak.
Ketika banjir sudah mencapai leher, tentara dengan menggunakan perahu dikerahkan untuk membujuk orang tersebut untuk mengungsi. Lagi-lagi ia menolak.
Ketika banjir semakin tinggi, Tim SAR yang sedang berkeliling menggunakan helikopter, melihat seorang laki-laki yang berdiri di atap rumahnya. Laki-laki itu tak lain adalah orang yang amat bertawakal tersebut. Untuk kesekian kalinya, ia pun menolak.
“Tuhan tidak akan menelantarkan hambanya,” ucapnya penuh harap.
Tali yang dilempar oleh Tim SAR tak sudi diraihnya, ia pun akhirnya tewas tenggelam.
Dalam sekejap mata, ia dibangkitkan oleh Tuhannya. Ketika melihat Tuhannya ia pun mengadu, “Tuhan, selama hidupku aku sangat beriman dan berserah kepada-Mu. Mengapa engkau membiarkanku tewas tenggelam?”
“Wahai hamba-Ku, Aku telah mengirimkan polisi, tentara, dan Tim SAR untuk menyelamatkanmu. Apa lagi yang kau harapkan dari-Ku?” ujar Tuhan.
Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata, “Orang yang berdoa tanpa berusaha bagai memanah tanpa busur.”
Agar kita semua melewati pandemi ini dengan selamat, selain berdoa, kita pun wajib taat prokes dan ikut divaksin. Sebab ikhtiar dan tawakal (berserah) itu satu kesatuan. Selanjutnya baru terserah Tuhan.