Saat menceritakan peneggelaman Firaun dan bala tentaranya, Allah menegaskan:
فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاۤءُ
Langit TIDAK MENANGISI mereka (QS. Ad-Dukhan [44]: 29).
Coba kita renungkan sejenak.
Mengapa Allah merasa perlu untuk menurunkan ayat yang “unik” ini?
Rahasia apa yang kira-kira terkandung di dalamnya?
Ternyata ini adalah sindirian Allah terhadap kepercayaan Firaun dan kaumnya.
Maksudnya apa?
Tertulis dalam Teks Piramid di Bab “Kebangkitan, Hidangan, dan Kenaikan RAJA YANG MENINGGAL, Ucapan-Ucapan”:
“Langit MENANGIS untukmu…”
Rupanya orang Mesir Kuno percaya bahwa langit menangisi kematian para Firaun.
Inilah yang dibantah dan disindir oleh Allah bahwa “Langit TIDAK MENANGISI mereka…”
Bayangkan, bagaimana bisa seorang penggembala dan pedagang di jazirah Arab yang hidup di abad ke-6 dan 7 M bisa mengetahui hal ini?
Di zaman itu tentunya belum ada Mbah Google, Chat GPT, Bunda Corla hingga “Tik-wa-Tok”.
Sementara itu, pengetahuan tentang tulisan hieroglif hilang sejak abad ke-4 hingga “kuncinya” baru ditemukan dengan penemuan Batu Rosetta di abad ke-18.
Dari mana beliau ﷺ tahu?
Maka benarlah yang dikatakan Allah:
وَبِالْحَقِّ اَنْزَلْنٰهُ وَبِالْحَقِّ نَزَلَۗ
Kami menurunkannya (Alquran kepada Muhammad ﷺ) dengan sebenarnya dan ia (Alquran) turun dengan kebenaran (QS. Al-Isra [17]: 105).