Tekan ESC untuk keluar

Pemberian Bantuan Diserahkan oleh Direktur Eksekutif IDN-United Hamdan Hamedan

Amerika Serikat — Seperti diberitakan oleh Indopos dan beberapa media nasional lainnya, Indonesian Diaspora Foundation (IDF) dan Indonesian Diaspora Network Amerika Serikat (IDN USA) telah menyerahkan sumbangan sebesar Rp 26 juta ke SMAN 1 Trienggadeng, Aceh pada 21 Desember 2017. Sekolah yang berlokasi di kabupaten Pidie Jaya tersebut merupakan salah satu sekolah yang paling parah terkena gempa bumi pada Desember 2016. Meski sudah setahun berlalu, beberapa ruang kelas dan fasilitas penunjang lainnya masih rusak, sehingga proses belajar mengajar sangat terganggu.

Kepala Sekolah SMAN 1 Trienggadeng Nilawati berterima kasih atas sumbangan dari IDF dan IDN USA untuk memperbaiki fasilitas sekolah. Nilawati mengatakan bahwa uang tersebut akan digunakan untuk membangun kembali kamar mandi yang rusak akibat gempa. Pasalnya, pasca gempa hanya ada satu kamar mandi yang beroperasi di sekolah tersebut untuk 350 murid dan puluhan guru. “Sangat kurangnya kamar mandi mengganggu kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, kami akan membangun kembali kamar mandi sehingga para murid tidak perlu antri terlalu lama dan telat masuk kelas,” ujar Nilawati.

Selain menyerahkan sumbangan, perwakilan IDF dan IDN USA juga bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan Pidie Jaya, Saiful. Dalam pertemuan tersebut, Saiful mengapresiasi inisiatif yang dilakukan oleh IDF dan IDN USA dan berharap adanya kerja sama lanjutan di bidang pendidikan antara pemerintah setempat dan organisasi diaspora tersebut. Kedua belah pihak sepakat untuk segera menjajaki kerja sama percepatan kemajuan pendidikan serta pendampingan alih teknologi guna meningkatkan mutu pendidikan di Pidie Jaya.

Sumbangan untuk Garut IDF dan IDN USA juga menyerahkan sumbangan sebesar Rp 25 juta ke SMPN 5 Tarogong Kidul, Garut. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang terkena bencana banjir pada Desember 2016. Rakyat Merdeka Online mewartakan bahwa sumbangan tersebut akan digunakan untuk membeli 50 kursi baru, satu majalah dinding besar dan berkaca untuk mendukung kreasi siswa/i, dan 2-3 komputer. Pembelian komputer bertujuan untuk mendukung upaya sekolah agar dapat menggelar ujian nasional berbasis komputer (UNBK) tahun depan. Pasalnya, hingga saat ini sekolah tersebut hanya dapat menggelar ujian nasional berbasis kertas pensil (UNKP).

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩