Tekan ESC untuk keluar

PERSEBARAN DIASPORA INDONESIA: SEBUAH ANALISIS GLOBAL

Diaspora Indonesia merupakan fenomena global yang melibatkan migrasi dan penyebaran warga negara Indonesia (WNI) ke berbagai penjuru dunia. Berdasarkan data terkini, tercatat bahwa sekitar 9 juta diaspora Indonesia tersebar di lebih dari 94 negara. Fenomena ini tidak hanya menunjukkan mobilitas orang Indonesia, tetapi juga bagaimana mereka mengadaptasi dan mempengaruhi budaya di tempat baru mereka tinggal.

Distribusi Geografis

Distribusi diaspora Indonesia tercatat paling signifikan di beberapa benua utama:

  • Asia: Merupakan benua dengan jumlah diaspora Indonesia terbanyak, yakni sekitar 1.567.207 orang. Hal ini tidak mengherankan mengingat kedekatan geografis dan hubungan historis yang kuat antara Indonesia dan negara-negara Asia lainnya.
  • Eropa: Sebanyak 88.533 orang Indonesia tinggal di berbagai negara Eropa, menikmati kehidupan di negara-negara dengan sistem pemerintahan dan budaya yang berbeda.
  • Amerika: Di benua Amerika, diaspora Indonesia tercatat sejumlah 66.868 orang. Mereka tersebar dari utara sampai selatan, mengadaptasi budaya dan lingkungan baru.
  • Australia: Benua yang juga berdekatan dengan Indonesia ini menjadi rumah bagi 62.610 orang Indonesia.
  • Afrika: Meskipun jumlahnya lebih sedikit, yaitu 21.496 orang, kehadiran diaspora Indonesia di Afrika tetap penting sebagai bagian dari jaringan global mereka.

Implikasi Sosial dan Budaya

Kehadiran diaspora Indonesia di berbagai benua menunjukkan bagaimana adaptasi dan integrasi dapat terjadi di berbagai tingkatan sosial dan budaya. Keturunan Indonesia dan generasi kedua/ketiga di luar negeri juga membentuk komunitas-komunitas yang signifikan, yang mempertahankan dan mempromosikan budaya Indonesia di luar negeri.

Kesimpulan

Diaspora Indonesia adalah cerminan dari dinamika globalisasi dan interaksi antarbudaya yang terus berlangsung. Mereka tidak hanya membawa dampak ekonomi tetapi juga berkontribusi dalam penyebaran dan pelestarian budaya Indonesia di seluruh dunia.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩