Di istana yang megah, silih berganti orang datang memuji Yazid, si putra khalifah, disaksikan langsung oleh sang ayah, Mu’awiyah.
Semua kompak memuji, kecuali Ahnaf yang diam seribu bahasa.
Penasaran, Mu’awiyah pun bertanya kepada Ahnaf, “Bagaimana Yazid menurutmu, wahai Ahnaf?”
“Jika aku berkata jujur, aku takut padamu,” jawab Ahnaf. “Namun, jika aku berbohong, aku takut pada Allah.”
Di sini kita belajar bahwa kekuasaan bisa saja menekuk lidah, tapi ia tak bisa menundukkan hati yang jujur.
Dan kebenaran sejati jarang ditemukan dalam suara-suara yang memuji, tetapi dalam keheningan hati yang memilih untuk takut hanya kepada Allah semata.