Dalam artikelnya yang berjudul “Israel, Gaza and Double Standards, Including Our Own”, Kolumnis New York Times Nicholas Kristof menulis:
“Dalam situasi apa pun, kita memiliki alasan kuat untuk memusatkan perhatian pada Gaza saat ini.
Ini bukan semata-mata salah satu tempat yang menderita di antara banyak tempat lain, tapi menurut penilaian UNICEF, Gaza adalah tempat PALING BERBAHAYA di dunia bagi ANAK-ANAK.
Perhatikan bahwa dalam 18 bulan pertama perang Rusia di Ukraina, setidaknya 545 anak telah meninggal.
Atau bahwa pada tahun 2022, menurut hitungan PBB, sebanyak 2.985 anak meninggal dalam semua konflik perang di seluruh dunia.
Sebaliknya, dalam kurang dari 5 BULAN perang Israel saat ini di Gaza, otoritas kesehatan setempat melaporkan lebih dari 12.500 anak telah meninggal.
Di antara mereka, terdapat 250 bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.
Saya tidak bisa memikirkan konflik apa pun di abad ini yang telah MEMBUNUH BAYI dengan KECEPATAN seperti itu.”
—-
Data yang mengerikan ini menyeruak pertanyaan mendalam tentang nilai kemanusiaan— jikalau nilai itu masih ada di dalam benak petinggi Negeri Api.
Bagaimana mungkin, di era modern ini, anak-anak masih menjadi KORBAN TERBESAR konflik yang TIDAK MEREKA PILIH?
Jika mereka tidak terbunuh akibat gempuran bom dan senapan, mereka pun perlahan terbunuh karena kekurangan obat-obatan dan makanan.
Anak-anak di Gaza bukanlah angka atau data, melainkan wajah, nama, dan mimpi yang kini terkubur selamanya.
Please forgive us O children of Gaza, for we have failed you. Again and again.