Alkisah, Keledai berkata kepada Harimau, “Rumput itu biru.”
Harimau lalu menyanggah, “Tidak, rumpat itu hijau.”
Keduanya saling menyanggah dan bersahut-sahutan.
Karena tak mencapai titik temu, mereka pun sepakat untuk membawa hal ini ke Singa, Sang Raja Rimba.
Keledai tak sabar langsung memulai pledoinya, “Yang Mulia, betul kan bahwa rumput itu berwarna biru?”
Singa pun terdiam sejenak. Lalu ia berkata, “Betul.”
“Nah, Yang Mulia, Harimau ini tak setuju denganku dan menggangguku dengan pendapatnya yang keliru. Tolong hukum dia.”
Singa pun bertitah, “Mulai hari ini, Harimau tidak boleh diajak bicara selama tiga bulan.”
Alangkah bahagianya Keledai. Ia pun lompat kegirangan.
Sambil berlalu ia berteriak-teriak, “Rumput itu biru, rumput itu biru, hanya makhluk bodoh yang tak tahu.”
Dengan berat hati, Harimau menerima hukumannya, tapi ia tak mengerti mengapa ia dihukum. “Yang Mulia, mengapa Baginda menghukumku, padahal rumput itu memang hijau?”
Singa pun menjawab, “Memang, rumput itu hijau.”
“Lantas mengapa engkau menghukumku?” tanya Harimau bingung.
Singa lalu menjelaskan, “Hukumanku tak ada kaitannya dengan apakah rumput itu hijau atau biru. Tapi hukumanku padamu itu karena tak seharusnya makhluk cerdas sepertimu menghabiskan waktu berdebat dengan keledai dungu. Buang-buang waktuku dan waktumu saja.”
Imam Syafii pernah berkata, “Tak pernah aku berdebat dengan orang yang berilmu, melainkan aku menang. Dan tak pernah aku berdebat dengan orang bodoh, melainkan aku kalah.”