Setelah diposting oleh KH.
Ma’ruf Khozin, inboks saya langsung penuh dengan pertanyaan seputar buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit: apa saja isinya, kelebihannya, dan lain sebagainya.
Saya berterima kasih sekali kepada KH. Ma’ruf Khozin yang telah berkenan mereview dan merekomendasikan buku saya tersebut. Jazakallah khair, Kiai.
Di postingan ini saya akan mencoba memberi “sample” isi bukunya seperti apa agar para sahabat yang bertanya dapat mendapatkan gambaran isi dari buku ini.
Pada posting KH. Ma’ruf Khozin sebelumnya, beliau menyampaikan dahsyatnya Doa Nabi Yunus as.
Untuk itu, izinkanlah saya meng-copy-paste isi dan penjelasan doa tersebut yang ada di buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit. Berikut isinya:
لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim (QS. Al-Anbiya’ [21]: 87).
Doa ini diucapkan oleh Nabi Yunus as. di dalam perut ikan. Bagaimana bisa seorang Nabi sampai tertelan ikan besar dan mengucapkan doa ini? Mari kita ngaji bersama.
Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Nabi Yunus as. lahir di Gats Aifar, Palestina. Beliau diutus Allah untuk berdakwah kepada penduduk Nainawi sekitar awal abad kedelapan SM.
Walaupun sudah sekian lama Nabi Yunus as. berdakwah, para penduduk Nainawi enggan beriman kepada Allah. Nabi Yunus as. merasa kesal oleh penduduk Nainawi yang terus membangkang, beliau pun memutuskan untuk meninggalkan mereka dalam keadaan marah.
Nabi Yunus as. sepertinya sudah tidak ingin ada urusan lagi dengan kaum Nainawi. Beliau pun bertolak ke sebuah pelabuhan di Palestina kemudian melaut menuju kota Tasyisy, di sebelah barat Palestina.
Tafsir Al-Jalalain menjelaskan bahwa Nabi Yunus as. meninggalkan kaumnya itu tanpa seizin Allah sehingga ada konsekuensi yang harus beliau tanggung. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an:
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ
Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya (QS. Al-Anbiya’ [21]: 87).
Yang dimaksud dengan “menyulitkannya” di sini adalah kapal yang ditumpangi oleh Nabi Yunus as. diterpa badai hingga para penumpang kapal mengundi siapa “orang pembawa sial” yang harus keluar dari kapal tersebut.
Tafsir Ibnu Katsir mengatakan bahwa tiga kali diundi, tiga kali pula nama Nabi Yunus as. muncul. Beliau pun akhirnya lompat ke laut. Tak lama berselang, sekor ikan besar menelan sang Nabi bulat-bulat.
Ibnu Mas’ud ra. menjelaskan bahwa Allah memerintahkan ikan itu untuk tidak mencabik atau mematahkan tulang-tulang sang Nabi, tetapi hanya memenjarakannya.
Di dalam perut ikan itu, Nabi Yunus as. menyadari betul kelancangannya. Beliau menyesal telah meninggalkan kaumnya tanpa seizin Allah.
KISAH NABI YUNUS AS. DARI SUDUT SAINS
Nah, sebelum kita lanjutkan kisah ini, mari kita bahas dulu secara sains kemungkinan seseorang ditelan oleh ikan besar.
Tidak sedikit orang yang gemar meledek kisah Nabi Yunus as. sebagai khayalan belaka. Mereka mengatakan dengan begitu yakin bahwa tidak mungkin seseorang bisa ditelan oleh ikan besar dan selamat. Mereka umumnya mempertanyakan dua hal.
Pertama, ikan apa yang bisa menelan manusia dewasa hidup-hidup?
Kedua, kalau pun bisa ditelan, bagaimana ia dapat keluar dengan selamat?
Mari kita bahas yang kedua dulu. Ternyata di dunia modern ini ada seseorang yang pernah sebentar ditelan oleh ikan paus hingga selamat. Ia bernama Rainer Schimpf, seorang videografer asal Afrika Selatan.
Singkatnya begini: Rainer sedang asyik mengambil video hewan laut yang sedang lahap memakan kawanan sarden saat tiba-tiba seekor paus jenis Bryde menelan sebagian besar badannya.
Rupanya paus itu keliru, dan Rainer pun berada di mulut paus itu beberapa saat.
Si paus akhirnya sadar bahwa Rainer bukanlah sarden, dan ia pun memuntahkan “makanan asing” itu.
Rainer, yang uniknya memiliki putra bernama Jonah (Yunus dalam bahasa Arab), mengatakan bahwa ia tidak terluka apa pun. Ia pun melanjutkannya tugasnya sebagai videografer di hari itu.
Hal ini mirip dengan yang diceritakan oleh Ibnu Mas’ud ra. bahwa Allah memerintahkan ikan besar untuk sebentar saja “memenjarakan” Nabi Yunus as. tanpa melukainya.
Nah, sekarang kita beralih ke pertanyaan pertama. Selain ikan Paus Bryde, ikan apa lagi yang bisa menelan manusia bulat-bulat?
Jawabannya—secara sains—yang paling mungkin adalah Paus Sperma. Namun, jika Paus Sperma menelan seseorang, kemungkinan besar ia akan (atau dipastikan) mati karena ketiadaan oksigen di dalam perut ikan tersebut. (Walaupun memang belum 100% pasti, karena tidak pernah ada satu orang pun yang mau menguji coba hal ini barang sejenak, dan sulit juga mensimulasi hal ini di lautan luas.)
Mungkin itulah mengapa kisah Nabi Yunus as. adalah suatu mukjizat. Seseorang yang bisa selamat berkat pertolongan Allah setelah ditelan oleh ikan besar—entah itu Paus Bryde, Paus Sperma, atau makhluk besar lainnya yang tidak kita ketahui.
Alquran dan hadis—berbeda dengan Injil—tidak pernah merinci berapa lama Nabi Yunus as. berada dalam perut ikan. Sebab poinnya bukan tentang ikan apa atau berapa lama Nabi Yunus as. di dalam tubuhnya, tetapi tentang pertaubatan dan pertolongan Allah.
Nah, lanjut ke kisah Nabi Yunus as. Di dalam mulut atau perut ikan itu, Nabi Yunus as. betul-betul merasa menyesal dan bertaubat. Al-Qur’an menjelaskan bahwa di dalam kegelapan yang pekat itu, sang Nabi berucap:
لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ
Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim (QS. Al-Anbiya’ [21]: 87)
Dalam suatu riwayat dari Awf Al-A`rabi dikatakan bahwa Nabi Yunus as. sempat menyangka dirinya sudah meninggal. Lalu beliau menggerakkan kakinya dan sadar bahwa beliau masih hidup.
Beliau pun langsung sekuat tenaga bersujud kepada Allah dan berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah beribadah kepada-Mu di tempat yang belum pernah dicapai oleh orang lain.”
Allah pun menerima taubat dan menjawab doa Nabi-Nya di tempat yang “unik” tersebut. Allah berfirman:
فَلَوْلَآ اَنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ ۙ لَلَبِثَ فِيْ بَطْنِهٖٓ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَۚ
Maka sekiranya dia (Nabi Yunus) tidak termasuk orang yang banyak bertasbih (berdoa menyucikan Allah), niscaya dia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari Kebangkitan (QS. As-Saffat [37]: 143-144).
Nabi Muhammad ﷺ mengatakan begitu ampuhnya doa Nabi Yunus as. itu dan menganjurkan kita untuk berdoa dengannya:
فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ
Tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu hal, melainkan Allah kabulkan baginya (HR. Tirmidzi no. 3505).
MENGAPA DOA INI BEGITU DAHSYATNYA?
Para ulama mengatakan bahwa doa ini mengandung tiga hal penting: tauhid, tasbih, dan taubat (pengakuan akan kesalahan diri sendiri).
Oleh sebab itu, mari kita hafalkan dan amalkan (jika belum) doa singkat ini secara rutin. Jangan menunggu sampai masalah datang kemudian kita meminta jalan keluar dari Allah. Namun, lebih baik bila kita amalkan doa ini di setiap kali kita meminta kepada Yang Maha Kuasa.
Referensi: Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir, Qisas Al-Anbiya.