Tekan ESC untuk keluar

CINTA TANAH AIR

Ahli sastra Arab, Al-Asma’i, pernah mendengar seorang Badui mengatakan sesuatu yang membuatnya tersenyum. Si Badui rupanya bersenandung:
“Jika kamu ingin mengetahui karakter seseorang, maka lihatlah bagaimana cintanya pada tanah airnya, bagaimana rindunya pada keluarganya, dan bagaimana tangisannya pada masa yang telah ia lalui.”
Mencintai tanah air, tempat seorang lahir, tumbuh, dan hidup, adalah fitrah manusia. Rasulullah ﷺ pun begitu mencintai Mekkah, hingga ketika beliau dipaksa keluar dari sana, beliau pun keluar dengan mata yang berkaca-kaca.
Ketika baru saja sampai di Madinah, Rasulullah ﷺ pun tetap mendoakan Mekkah serta mendoakan kebaikan “kampung” barunya.
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَمَا حَبَّبْتَ مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ وَصَحِّحْهَا وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا
Ya Allah, tanamkanlah kecintaan kami terhadap Madinah sebagaimana Makkah, atau bahkan lebih dari Makkah. Jadikanlah Madinah kota yang sehat, dan berikanlah keberkahan pada takaran Sha’ dan takaran Mudd kami (HR. Muslim no. 1376).
Mencintai tanah air, atau bersyukur masih punya tanah air, adalah civic duty yang tak bisa diwakilkan kepada orang lain. Kalau diri kita sendiri tidak cinta tanah air, jangan harap bangsa lain akan mewakili kita.
Seorang pengungsi dari Afghanistan sambil berurai air mata pernah berkata kepada saya, “Bersyukurlah atas negeri yang kamu miliki, Indonesia. Negerimu ini begitu indah, dan, yang terpenting, aman.”
Selamat ulang tahun, Indonesia. Salam mulia, jaya, jaya.
@hamdan.hamedan on Instagram
PENJAGA INDONESIA 

Mereka menjawab panggilan saat yang lain enggan,
Melangkah tanpa ragu, songsong bahaya di depan
Mereka bertempur dalam gelap pekat 
Agar kita dapat melihat terang, menikmati hidup yang hangat.

Mereka tinggalkan nyaman, rumah, dan pasangan tercinta 
Demi sumpah setia pada bangsa 
Di setiap langkah mereka, kita temukan arti pengorbanan,
Demi negeri ini tetap aman.

Mereka tak minta pujian atau tepuk tangan meriah,
Sekalipun mereka adalah pahlawan, dalam diam yang gagah.
Demi kita, mereka korbankan segalanya,
Di laut, di darat, dan di udara.

Tanah air ini tegak karena ada mereka di barisan terdepan,
Dalam keberanian mereka, kita temukan alasan untuk bertahan—alasan untuk melanjutkan.
Selamat ulang tahun, TNI tercinta,
Kebanggaan bangsa, penjaga Indonesia. 🇮🇩
Semoga analogi sederhana ini dapat diterima. 

Bahwa mobil timnas sedang melaju kencang, biarkan ia sampai pada top speed-nya di gigi 5. 

Jangan sampai baru di gigi 3, langsung ditarik rem tangan mendadak. Sehingga terpental atau bahkan gagal sampai di finish line di posisi terhormat. 

Setelah berakhir di finish line, barulah kita apresiasi dan evaluasi bersama untuk perbaikan. 

Semoga dengan demikian, tercapai semua apa yang kita cita-citakan: Garura terbang menuju Piala Dunia. Aamiin YRA 🤲.