Tekan ESC untuk keluar

LIMA HADIAH RAMADHAN

Bulan suci Ramadhan telah di depan mata. Bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriah ini memiliki makna penting bagi umat Islam baik dalam aspek sejarah maupun spiritual. Karen Armstrong dalam bukunya yang berjudul Islam mengatakan bahwa pada bulan inilah “sejarah dunia berubah.” Yang ia maksud tak lain adalah peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad yang menandai misi kenabian beliau.

Secara spiritual, bulan Ramadhan memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh bulan lainnya. Ia sering disebut penghulunya para bulan. Khusus untuk umat Nabi Muhammad , ada lima hadiah yang diberikan. Nabi Muhammad bersabda:

“Umatku diberikan lima hadiah yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya ketika bulan Ramadhan. Pertama, bau mulut mereka yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kasturi. Kedua, para malaikat memohonkan ampun untuk orang yang berpuasa hingga mereka berbuka. Ketiga, Allah menghiasi Surga-Nya setiap hari, seraya berkata kepadanya: ‘Hampir-hampir para hamba-Ku yang saleh akan mencampakkan berbagai kesukaran dan penderitaan lalu kembali kepadamu.’ Keempat, setan-setan dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti pada bulan-bulan selain Ramadhan. Kelima, Allah mengampuni seluruh dosa mereka pada akhir malam (Ramadhan).”

Hadis di atas diriwayatkan oleh Al-Bazzar dan Al-Baihaqi dalam kitab Ats-Tsawab. Walaupun sanadnya lemah, lafaz hadis tersebut mempunyai beberapa penguat yang shahih.

Begitu besar dan luar biasa hadiah yang diberikan oleh Allah kepada kita semua di bulan Ramadhan. Sayang sekali bila Ramadhan yang sebentar lagi menemui kita terlewat begitu saja. Mari kita bersama-sama menghidupi bulan Ramadhan ini dengan memperbanyak amal ibadah. Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1440 H.

@hamdan.hamedan on Instagram
PROF HAYE

Thom Haye namanya.

Sang Profesor julukannya.

Rendah hatinya, cerdas mainnya. 

Darah Indonesia mengalir di tubuhnya.

Dari Jawa tengah dan Sulawesi Utara.

Prof Haye tak suka berdialektika.

Apalagi berpanjang kata.

Dia bicara lewat kakinya.

Di lapangan, dia kuasai irama. 

Bagai Pirlo-nya Indonesia. 

Dia lesatkan umpan jitu mempesona.

Gol demi gol pun tecipta.

Dia dan anak bangsa lainnya.

Membela Garuda dengan cinta. 

Bahu membahu menjaga asa. 

Asa bangsanya yang rindu piala dunia.

Dia adalah kita, kita adalah dia. 

Satu jiwa, satu bangsa, satu Garuda.
AMERIKA EMAS

Di akhir abad ke-18, hiduplah dua rival dan tokoh besar di Amerika Serikat. Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton namanya. 

Jefferson, yang tumbuh dalam tradisi agrikultur, lebih condong pada desentralisasi dan pertanian. 

Sementara itu, Hamilton, yang berpengalaman militer dan besar di lingkungan perkotaan, mendukung sentralisasi dan industrialisasi. 

Keduanya punya ide besar untuk negaranya. Keduanya pun ditopang pendukung yang besar. Tapi yang terpenting, keduanya bertekad membuat Amerika, yang belum lama merdeka, menjadi negara besar. 

Meskipun telah lama berseteru, mereka akhirnya setuju untuk mencapai sebuah kompromi. 

Kompromi itu dikenal sebagai Kompromi 1790.

Sederhananya, Jefferson bersedia mendukung Hamilton terkait hutang negara. Hamilton pun mendukung Jefferson terkait pembangunan dan pemindahan ibukota ke daerah yang lebih ke tengah (atau “Amerika-sentris” )—daerah yang kini dikenal sebagai Washington DC. 

Jefferson paham betul pentingnya persatuan di momen krusial dalam sejarah negara yang masih muda. Jangan sampai Amerika layu sebelum berkembang—itu yang ada di benaknya.

Ketika dilantik menjadi presiden, Jefferson tegas berkata: 

“Setiap perbedaan pendapat bukanlah perbedaan prinsip. Kita mungkin punya nama yang berbeda, tapi kita adalah saudara dengan prinsip yang sama.”

Prinsip yang dimaksud Jefferson tak lain adalah prinsip republik yang satu, dan negara yang maju.

Di kemudian hari, sejarawan mencatat bahwa Kompromi 1790 sebagai salah satu kompromi terpenting dalam sejarah Amerika. 

Ketika kedua pemimpin besar memilih untuk menurunkan ego dan bersatu padu, kesuksesan suatu negara sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Jefferson dan Hamilton pun akhirnya dikenang bukan hanya sebagai rival, tapi sebagai negarawan sejati, yang mampu menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi—mewariskan pelajaran bahwa persatuan adalah fondasi dari Amerika Emas.
BANGGA

Tim dengan ranking FIFA 132 berhasil mengimbangi tim dengan ranking 24. 

Alhamdulillah, super bangga. 

Man of the match adalah Martin “the Wall” Paes: sang Tembok Indonesia. 

Seakan @maartenpaes bangun pagi, bercermin lalu berkata, “Thou shall not pass.” 

Terima kasih banyak seluruh punggawa Garuda. You are truly our joy and pride 🇮🇩🦅🔥

P.S. Kepada pemain diaspora Indonesia yang tinggal di Australia, saya pernah berprediksi, “Indonesia dalam waktu dekat akan mengimbangi Australia.” Alhamdulillah hari ini buktinya 😎
Happy birthday, President Yudhoyono. 

May you be graced with profound joy, enduring health, and abundant blessings. 

Your legacy of wisdom and unwavering dedication to our nation remains an enduring source of inspiration. 

Today, we honor not only your years but the lasting impact of your exemplary leadership. 🫡🇮🇩